Namun, kecenderungannya informasi tersebut tidak dapat dibuktikan. Apalagi ditambah dengan fakta-fakta lain yang menunjukan kesalahan pemahaman dan unsur penyesatan informasi.
BACA JUGA:Kisah Qarun yang Kaya Raya, Kunci Peti Hartanya Diangkut 40 Pria Gagah
Asvi sendiri selaku sejarawan, meragukan dokumen-dokumen yang dijadikan rujukan oleh Safari. Keraguan pertama, perihal cap stempel yang dipakai Presiden Indonesia saat itu Bung Karno.
Seharusnya, cap tersebut bergambar padi, kapas, dan bintang. Namun, yang terlihat justru cap stempel bergambar Garuda Pancasila di dalam dokumen The Green Hilton Memorial Agreement.
Keraguan kedua yaitu pihak AS hingga kini tidak pernah menyinggung soal perjanjian The Green Hilton Memorial Agreement. Pertemuan antara Bung Karno dan Kennedy pun saat itu membicarakan soal dukungan AS untuk pengembalian Irian Barat, bukan membahas ‘The Green Hilton Memorial Agreement’.
Keraguan ketiga yaitu pada 14 November 1963 yang diklaim terjadi perjanjian ‘The Green Hilton Memorial Agreement’, ternyata Kennedy berada di Amerika untuk menggelar jumpa pers di Auditorium Departemen Luar Negeri, bukan di Swiss. Pertemuan antara Bung Karno dengan Kennedy pernah terjadi pada 24 April 1961.
Bukan saja di Swiss, keping emas Bung Karno juga dipercaya tersebar di berbagai penjuru tanah air. Alih-alih mendapatkan emas batangan Bung Karno, justru yang marak beredar adalah penipuan.
Cerita tentang penipuan emas batangan Bung Karno sudah sering kali terjadi. Salah satunya di Provinsi Jambi. Seorang warga di sana tidak sengaja menemukan emas batangan bergambar Soekarno. Namun, dari hasil pengecekan oleh kepolisian, kadar emasnya hanya 8,4 persen. Bahkan, diduga emas batangan tersebut terbuat dari bahan kuningan.