Kisah ini diceritakan dalam sebuah kitab bernama Fathul Bari oleh Syaikhul Islam Al-Hafidz Ibnu Hajar Asqalani.
BACA JUGA:Begini Kebiasaan Nabi Muhammad SAW, Mulai dari saat Makan hingga Pola Tidur
"Suatu ketika seorang laki-laki melintas di hadapan Rasulullah. Orang itu dikenal sebagai pekerja yang giat dan tangkas. Para sahabat kemudian berkata: "Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (Fi sabilillah), maka alangkah baiknya."
Rasulullah saw pun mendengar perkataan itu dan beliau menjawab:
"Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fi sabilillah. Kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah. Kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah." (HR At-Thabrani)
BACA JUGA:Begini Alasan Dilarang Melukis atau Menggambarkan Wajah Nabi Muhammad
Kemudian di jelaskan dalam sebuah hadis Thabrani:
"Siapa saja bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni (dosa-dosanya)." (HR. At-Thabrani)
Kisah ini bermula saat Perang Khandaq usai, lalu Rasulullah bertemu dengan seorang sahabat yang bernama Sa'id Al-Khudri di sudut Kota Madinah. Sahabat tersebut berpakain lusuh, kotor, tubuhnya hitam, dan penuh keringat. Alasannya karena ia bekerja sebagai pemecah batu di tengah panasnya terik matahari.