Kisah Cinta Bung Karno dan Naoko Nemoto, Nikah Diam-diam dan Ramai Pesan Stop Impor Istri

Kamis 14-09-2023,10:48 WIB
Reporter : Tim Liputan

“Saya kehilangan seluruh keluarga. Ibuku yang janda tidak senang dengan pernikahanku. Tepat setelah saya pindah ke Islam dan menikahi presiden, ia meninggal karena sakit jantung. Pada hari yang sama, saudara laki-lakiku satu-satunya, Yasoo bunuh diri. Dalam waktu 26 jam saya kehilangan semuanya. Saya tidak punya siapapun lagi, selain Bung Karno,” ungkap Ratna Sari Dewi sebagaimana ditulis Cindy Adams.

BACA JUGA:Wali Murid Sesalkan Sisah Material Proyek Jembatan Turupi Jalan Alternatif Menuju Sekolah

Kehilangan dua orang yang disayangi secara langsung jelas berat bagi Ratna Sari Dewi. Di situlah Bung Karno yang karismatik berperan. 

Bung Karno jadi pelipur lara. Demi mengobati kesedihan Ratna Sari Dewi, Bung Karno merancang rumah yang kelak ditempati oleh Ratna Sari Dewi di Jalan Gatot Soebroto: Wisma Yasoo (Kini: Museum Satriamandala).

BACA JUGA:Gunakan Gading Gajah Haram Apa Dibolehkan, Ini Penjelasan Hukumnya Menurut 4 Madzhab

Tepat pada 6 Juni 1962, atau hari ulang tahun Soekarno yang ke-61, ia pun menulis sebuah surat wasiat spesial untuk Ratna Sari Dewi. Isinya Soekarno ingin sehidup-semati dengan Ratna Sari Dewi. 

“Kalau aku mati, kuburkanlah aku di bawah pohon rindang. Aku mempunyai istri yang aku cintai dengan segenap jiwaku, namanya Ratna Sari Deui. Kalau nanti dia meninggal kuburkan juga dia dalam kuburku. Aku selalu menghendaki dia bersamaku,” tertulis dalam surat wasiat Bung Karno.

BACA JUGA:Mobil Paket Terjun ke Danau Dendam, Sopir Tidak Sadarkan Diri

Ada Benci Ada Rindu

Sejak awal pernikahan antara Ratna Sari Dewi dan Bung Karno hanya diketahui kalangan terbatas. Yang paling awal merasakannya kecurigaan Soekarno kawin dengan Ratna Sari Dewi adalah Haryati yang justru istri keenam. 

Secara persis Haryati tak mengetahui kapan pasti Ratna Sari Dewi datang ke Indonesia, antara tahun 1959 atau 1961. Akan tetapi dia mulai mencium kehadiran Ratna Sari Dewi sejak tahun 1964.

BACA JUGA:Istri, Jangan Lakukan Kesalahan Ini, Keluargamu jadi Taruhannya

“Diri saya dibebani oleh bermacam-macam pertimbangan. Bagaimana sebenarnya bapak (Soekarno) ini, untuk apa punya istri lagi, buat apa kesemuanya, kemudian muncul lagi beberapa wanita lain, yang cantik-cantik. Saya tidak cemburu pada wanita cantik. Karena sekarang ini memang banyak wanita cantik, tetapi sebagai seorang istri rasa tak tentram itu datang juga, sampai akhirnya pada suatu saat saya menempuh jalan, antara lain menanyakan yang mana garwo pribadi. Dan bapak mengatakan yang lain tak resmi,” cerita Haryati.

Perlahan-lahan, publik kemudian mendengar desas-desus Bung Karno menikahi wanita jepang. Padahal, sebelumnya publik telah dibuat kecewa oleh Bung Karno karena menduakan Fatmawati dengan mengawini Hartini. Puncaknya, aksi demonstrasi mahasiswa tahun 1966 banyak menyoroti perihal Bung Karno “tukang” kawin.

BACA JUGA:Awal Mula Cincin Kawin, Begini Ceritanya Ribuan Tahun Lalu, Ternyata Simbol Ini

Ratna Sari Dewi jadi salah satu istri yang terseret-seret dikritik oleh mahasiswa. Ramainya pesan "Stop impor istri" di jalanan Ibu Kota jadi buktinya. Kata-kata itu jelas merujuk pada Istri Soekarno berdarah Jepang, Ratna Sari Dewi. Kekasalan mahasiswa bermuara pada gaya hidup istri-istri Bung Karno yang bermewah-mewah dengan segala fasilitasnya. Tapi, tak peka dengan kondisi rakyat Indonesia yang sedemikian sulit.

Kategori :