NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Rasa-rasanya setiap kita sudah tahu tentang jaranan atau kuda kepang atau kuda lumping. Walaupun mungkin belum pernah menonton pertunjukkan, namun setidaknya kita sudah pernah mendengar istilah itu.
Keseruan menonton pertunjukan jaranan, ketika ada orang yang kesurupan. Bisa pemainnya atau malah penonton. Jadi waspadalah kalau menonton jaranan, bisa-bisa Anda yang kesurupan.
Jaranan merupakan kesenian khas Jawa yang berasal dari Ponorogo. Meski dari Jawa, sekarang hampir di seluruh pelosok negeri ada kesenian ini. Dan setiap dipertunjukkan ada banyak orang yang menonton.
Pertunjukan jaranan atau kuda lumping sekarang berbeda dengan dahulu. Cerita awalnya, tarian jaranan bukan lah untuk dipertontonkan. Ketika itu masyarakat Jawa akan menari jaranan dengan maksud untuk meminta pertolongan kepada roh leluhur.
BACA JUGA:Cara Mudah Aktivasi Paylater Livin’ by Mandiri, Ada Limit hingga Rp20 Juta
Masyarakat zaman dahulu yakin jika ada musibah, bencana alam, penyakit menular atau hal-hal lainnya, itu dikarenakan gangguan roh jahat. Karenanya masyarakat menggelar ritual menari jaranan untuk meminta pertolongan kepada roh nenek moyang menyelesaikan permasalahan itu.
Dahulu, tarian kuda kepang atau jaranan ini hanya dimainkan laki-laki. Namun dengan perkembangan zaman, saat ini banyak juga kaum wanita yang menari jaranan.
Beberapa referensi menjelaskan jika tarian jaranan menggambarkan kekuatan pasukan berkuda zaman dahulu. Tarian ini melambangkan kekuatan hingga ketangguhan, walaupun di dalamnya juga banyak dibumbui cerita mistis.
Secara pastinya, belum ada referensi atau bukti yang menunjukkan awal mula adanya tarian jaranan. Namun di Pasuruan ada ditemukan relief di Candi Jawi yang memperlihatkan pahatan seorang perempuan yang sedang bertapa dan pasukan berkuda yang dipercaya sebagai Dewi Kilisuci.
BACA JUGA:Sudah Bosan Hidup Miskin, Perbanyak Baca Doa Ini, InsyaAllah Kondisi Ekonomi Membaik
Jika relief ini salah satu bukti sejarah tarian jaranan, berarti kesenian atau ritual ini sudah ada sejak abad ke-12 dan mulai berkembang pesat pada abad ke-13 hingga 14.
Dalam kesenian jaranan, selain keindahan gerak tari dan tabuhan musik yang mengiringinya, orang kesurupan menjadi bagian menarik dari pertunjukan ini.
Memang pada kenyataannya seringkali orang yang kesurupan ketika pertunjukan jaranan. Bahkan seolah-olah kurang menarik rasanya menonton jaranan kalau tidak ada pemain atau penonton yang kesurupan.
Pemain atau penonton yang kesurupan tersebut menurut Soenarto Timoer dalam bukunya: “Reog di Jawa Timur”, bukan menggambarkan pasukan berkuda. Melainkan orang yang kesurupan itu sebagai representasi dari seekor kuda.
Karenanya orang yang kesurupan saat menonton jaranan atau kuda kepang akan menunjukkan perilaku seperti seekor kuda.