NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Di salah satu sudut tersembunyi Pulau Sumatera, ada danau yang dikenal Danau Dendam Tak Sudah. Terletak di Provinsi Bengkulu, danau ini dibumbui berbagai legenda yang membuatnya begitu menarik bagi para wisatawan.
Danau Dendam Tak Sudah yang memiliki luas sekitar 75 hektare, dikelilingi oleh hutan lebat dan pegunungan yang menjadikannya tempat yang terpencil dan sulit dijangkau.
Menurut cerita rakyat setempat, danau ini dikatakan menyimpan rahasia dan dendam dari masa lalu. Salah satu legenda yang tersebar adalah tentang seorang gadis desa. Konon, si gadis jatuh cinta pada seorang laki-laki yang kemudian ditentang oleh keluarganya. Yang membuatnya menjadi sedih dan putus asa. Lalu seperti apa kelanjutan dari kisah dari Danau Dendam Tak Sudah ini?
BACA JUGA:Pejuang Kerja BUMN Merapat, Bank Mandiri Buka Lowongan Kerja Posisi ODP, Gajinya Menggiurkan
Pada zaman dahulu, ada kisah sepasang muda-mudi yang saling jatuh cinta. Namanya Esi Marliani dan Buyung. Esi merupakan seorang kembang desa yang sangat cantik, sedangkan Buyung merupakan pria tampan.
Kisah cinta mereka ini terkenal sangat indah, mereka tidak peduli dengan orang-orang di sekitar. Suatu hari di hamparan padang ilalang mereka duduk bersama. bernyanyi dan bersenda gurau. Canda tawa yang mereka lakukan membuat semua orang merasa iri, sambal bermain bersama di bawah pohon besar.
Namun sayangnya kisah cinta ini justru menjadi mimpi buruk bagi mereka. Dua muda-mudi yang sedang jatuh cinta ini tidak mendapat restu dari orang tua Buyung. Karena buyung sudah dijodohkan dengan seorang gadis dari kampung sebelah.
BACA JUGA:Suka Makanan Brem? Sudah Tahu Sejarahnya? Ternyata Dahulu Disebut Makanan Ndeso
Gadis tersebut tak kalah menarik dari Esi. Orang-orang memanggilnya Si Upik Leha. Bahkan kecantikan Upik Leha yang luar biasa ini menjadi buah bibir bagi semua warga kampung.
Namun sayangnya, si Buyung akhirnya terpukau dengan kecantikan Upik Leha dan melupakan cinta Esi.
Mendengar ini, Esi merasa sakit hati dan kecewa karena merasa diselingkuhi. Hari berlangsungnya pernikahan Buyung dan Upik Leha pun tiba. Pesta pasangan ini digelar sangat meriah dengan penuh suka cita yang dihadiri oleh orang-orang dari berbagai desa. Kedua mempelai bahkan sampai di arak keliling kampung dan menjadi tontonan warga.
Melihat itu semua, Esi sangat terluka dan menjadi putus asa. Dia menangis sejadi-jadinya. Jeritan tangisnya terdengar layaknya lolongan anjing hutan di tengah malam, yang membuat semua orang yang mendengarnya merasa iba dan kasihan.
BACA JUGA:Lolos Seleksi Wawancara Mitra Statistik BPS 2024, Ini 6 Contoh Pertanyaan yang Bisa Dipelajari
Rasa sakit hati yang dirasakan oleh Esi berubah menjadi perasaan dendam yang membara terhadap buyung, yang melihatnya tertawa dan merasa bahagia di atas penderitaannya. Esi terus menangis hingga air yang keluar dari matanya semakin besar layaknya air bah.
Air mata itu Semakin lama semakin membesar dan menerjang seisi kampung. Tak satupun orang ataupun rumah yang selamat dari air bah tersebut. Termasuk arak-arakan yang sedang berlangsung.