Beliau dikenal sebagai sosok yang berhati lembut, baik hati, suka menolong, dan sabar. Hingga suatu hari, ia menerima kedatangan malaikat maut yang ingin mencabut nyawanya.
BACA JUGA:Ini Kisah 5 Nabi yang Menyandang Gelar Ulul Azmi dan Mukjizatnya
Dikisahkan Bahrudin Achmad dalam buku Hikayat Kearifan, saat itu Ilyas tengah duduk. Mengetahui nyawanya akan diambil, Ilyas pun bersedih dan menangis kencang.
Malaikat pun bertanya, “Ya Nabi Allah, kenapa Anda menangis? Apakah anda bersedih karena harus meninggalkan dunia ini ataukah dalam menghadapi maut?”
Ilyas menjawab, “Bukan karena semua itu."
"Tetapi yang kusedihkan adalah berhentinya dzikirku kepada Allah SWT, di mana nantinya sepeninggalanku masyarakat bakal berkumpul untuk satu tujuan yakni berdzikir kepada Allah SWT dan aku tidak ada di dalam kumpulan itu,” lanjutnya.
Mendengar pernyataan itu, Allah kemudian memerintahkan malaikat maut untuk meninggalkannya dan membiarkan Ilyas hidup. Akhirnya malaikat Izrail pun menunda tugasnya untuk mencabut nyawa Ilyas.
BACA JUGA:Menakjubkan! Ini Kisah Sahabat Nabi yang Jasadnya Utuh karena Puasa Ramadhan
Isa AS adalah anak dari Maryam yang lahir tanpa seorang ayah. Beliau dilahirkan di Baitul Maqdis, dekat dari Yerusalem.
Ia adalah sosok nabi yang diberikan banyak mukjizat oleh Allah SWT. Menurut Lisdy Rahayu dalam buku Kisah Teladan Menakjubkan 25 Nabi & Rasul, salah satunya adalah Nabi Isa diselamatkan dari penyaliban oleh Allah.
Sebagaimana disampaikan Allah dalam surat An-Nisa ayat 157 yang berbunyi:
وَّقَوْلِهِمْ اِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ اللّٰهِۚ وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ ۗوَاِنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا فِيْهِ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ ۗمَا لَهُمْ بِهٖ مِنْ عِلْمٍ اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوْهُ يَقِيْنًاۢ ۙ
Artinya: Dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka,“Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya, tetapi orang yang diserupakan dengan Isa.
Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam keraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu, melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya.