Pengamat yang memahami teknis pengamatan hilal dengan baik akan menggunakan teleskop yang dilengkapi dengan lensa berdiameter antara 25 hingga 50 cm, dengan panjang mencapai 50 cm.
Selain teleskop, pengamat juga menggunakan teodolit, sebuah alat yang berguna untuk mengukur sudut secara vertikal dan horizontal, dilengkapi dengan lensa yang memungkinkan pengukuran yang akurat.
Selain itu, metode lain yang sering digunakan adalah teknik penumpukan gambar, atau stacking.
Proses ini melibatkan pengambilan serangkaian gambar hilal dalam interval waktu tertentu, misalnya setiap 5 menit.
Gambar-gambar ini kemudian diambil sejumlah tertentu, contohnya 10 gambar, dan kemudian ditumpuk.
BACA JUGA:Ini Syarat Gadai SK PPPK di BRI dengan Tenor Pinjaman hingga 15 Tahun
Dengan metode ini, jika hilal terlihat tipis pada setiap gambar yang diambil, maka saat ditumpuk, citra hilal akan tampak lebih jelas dan tebal, memudahkan dalam pengamatan dan penentuan awal bulan baru.
Metode-metode ini mencerminkan tingkat keahlian dan ketelitian yang diperlukan dalam praktik rukyah untuk menentukan awal bulan dalam penanggalan Islam.
Demikian informasi tentang cara melihat hilal secara ilmiah tanpa alat. Semoga bermanfaat.
Tianzi Agustin