"Isinya bermacam-macam. Ada catatan tentang Keraton Kasunanan Surakarta, suluk 20 sifat Allah," kata penerjemah di Museum Radya Pustaka, Totok Yasmiran.
BACA JUGA:Tabel Angsuran KUR Pegadaian 2024, Pinjaman Rp 8 Juta, Cicilan Hanya Rp 200 Ribuan Tiap Bulan
Tak hanya itu, tertulis pula di dalamnya tasawuf Islam, doa hingga mantra dan soal pengobatan. "Terdapat pula sedikit catatan mengenai peristiwa yang dialami sang penulis," imbuh Totok.
Sementara itu, Primbon sebagai budaya khususnya masyarakat Jawa adalah hal gaib mengenai kepercayaan apa yang akan terjadi di masa depan. Dengan kata lain adalah bahwa primbon adalah ramalan. Masih ada beberapa kelompok yang mengaku bisa membaca masa depan seseorang dengan ramalan primbon.
Primbon yang biasa disebut dengan ‘ilmu slamet’ banyak mengadopsi nilai-nilai Islam dengan unsur Hindu dan Budha yang masih melekat.
BACA JUGA:Jurusan Bergengsi, Berikut Biaya Kuliah Teknik Sipil di Perguruan Tinggi Ternama Indonesia
Awal mulanya primbon merupakan sebuah catatan-catatan pribadi yang hanya diturunkan dan diwariskan di lingkungan keluarga keraton dan abdi dalem.
Primbon sebagai buku yang tersusun secara sistematis baru diterbitkan pada tahun 1930-an dan sejak saat itu primbon sudah bukan lagi sekadar buku turun temurun keluarga, tetapi sudah dijual bebas.
Sejak abad ke-20 primbon mulai dicetak dan disebar luaskan secara bebas. Primbon cetakan tertua berangka tahun 1906 Masehi, diterbaitkan oleh De Bliksem.
Primbon sangat diyakini oleh masyarakat khususnya Jawa karena didasarkan dari kelahiran setiap manusia. Ada masyarakat Jawa yang percaya bahwa kelahiran bayi akan sangat dipengaruhi oleh kekuatan alam, bahwa setiap bayi yang lahir ke bumi mengembang watak dari unsur planet-planet dan lingkungan bumi.
BACA JUGA:Atasi Kecanduan Berjudi dengan Hipnoterapi Judi, Lakukan Secara Bertahap dan Berkelanjutan
Maka dicetuslah hari baik dalam kamus Jawa bagi setiap individu manusia. Dan ada pula hari tidak baik. Hari-hari ini tentunya berbeda satu orang dengan orang lainnya. Dalam primbon Jawa, hari ini ada rumusnya, bukan semata-mata asal-asalan.
Dalam primbon setiap hari dan pasaran memiliki angka (neptu) masing. Hari Minggu memiliki angka 5, hari Senin 4. hari Selasa 3, hari Rabu 7, hari Kamis 8, hari Jumat 6, hari Sabtu 9. Sedangkan untuk pasaran, kliwon memiliki neptu 8, Legi 5, Pahing 9, Pon 7 dan Wage 4.
Gabungan dari hari dan pasaran ini yang kemudian digunakan untuk menghitung dalam mencari hari baik. Biasanya ramalan tersebut berupa pencarian jodoh, tanggal pernikahan, bahkan sampai pada ramalan berumah tangga dan hari kelahiran.
BACA JUGA:Telur Rebus Untuk Diet, Berikut 8 Cara Mudah Hindari Telur Pecah saat Direbus
Lantas, bagaimana Islam memandang mengenai ramalan primbon ini?