Menurut Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, lelang WIUP logam tanah jarang ini tinggal menunggu lampu hijau.
Semua persiapan dan rekomendasi dari Badan Geologi telah dilakukan, dan pihaknya berharap agar proses lelang dapat segera dilakukan.
"Kami inginnya segera dapat dilelang karena kami terus menyusul yang lain gitu," ungkap Wafid dengan optimis.
Langkah ini mendapatkan dukungan penuh dari Menteri ESDM, yang telah memberikan arahan kepada Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) untuk melanjutkan proses lelang.
"Kita mencoba mengusulkan dua wilayah kalau tidak salah ya untuk LTJ, saya kira tinggal di-follow up sama Dirjen Minerba ini," tambah Wafid.
Badan Geologi telah lama gencar melakukan kegiatan eksplorasi terhadap "harta karun super langka" LTJ ini.
Sejak tahun 2021, beberapa lokasi strategis telah dieksplorasi, termasuk Bangka dan Belitung pada tahun tersebut, serta Mamuju, Sulawesi Barat, dan Parmonangan di Tapanuli Utara, Sumatera Utara, pada tahun 2022.
BACA JUGA:Cadangan Lebih 500 Juta Ton Harta Karun Emas Hitam di Sumatera, Berada di 3 Lokasi Termasuk Aceh
Eksplorasi ini bertujuan untuk mengungkap potensi sumber daya alam yang ada, serta untuk mengidentifikasi cadangan logam tanah jarang yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan nasional.
Indonesia memiliki potensi harta karun logam tanah jarang yang sangat besar, namun pemetaannya hingga kini dinilai masih belum optimal.
Wakil Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bidang Mineral, Yoseph C.A Swamidharma, menegaskan perlunya eksplorasi yang lebih mendetail karena kandungan logam tanah jarang di Indonesia berbeda dengan benua-benua besar lainnya.
"Kita memang memiliki potensi yang besar, namun perlu upaya lebih lanjut untuk memahami secara detail potensi tersebut," ujarnya.
BACA JUGA:Indonesia Kaya, Cadangan Harta Karun Emas Hitam Masih 134 Miliar Ton Untuk 500 Tahun ke Depan
Logam tanah jarang di Indonesia, seperti monasit dan zirkon, merupakan produk ikutan dari mineral timah yang telah lama dieksplorasi.