Ngaku Orang Bengkulu, Sudah Tahu Suku Lembak? Yuk Kenali Asal Usul Populasi Kelompok Etnik Ini

Senin 27-05-2024,12:17 WIB
Reporter : Sheila Silvina
Editor : Septi Fitriani

NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Ngaku orang Bengkulu, udah tahu Suku Lembak? yuk kenali asal usul Suku Lembak yang populasinya tersebar luas di Bengkulu.

Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, masing-masing dengan kebudayaan yang unik dan berbeda. Begitu juga halnya dengan masyarakat Bengkulu.

BACA JUGA:Baru Tahu Ternyata Ini Sebabnya Pemain Jaranan atau Kuda Lumping Sering Kesurupan 

Bagi kamu yang mengaku orang Bengkulu asli, sudah tahu belum tentang Suku Lembak? Jika belum, yuk simak artikel berikut yang akan membahas asal-usul Suku Lembak, yang dilansir dari Wikipedia.

Profil Suku Lembak

Suku Lembak, yang juga dikenal sebagai Orang Linggau, adalah salah satu kelompok etnik yang mendiami daerah-daerah di Provinsi Bengkulu dan sebagian Provinsi Sumatera Selatan. Populasi Suku Lembak tersebar di Kota Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Rejang Lebong, dan Kabupaten Kepahiang. Di Kabupaten Rejang Lebong, mereka tinggal di kecamatan Padang Ulak Tanding, Sindang Kelingi, dan Kota Padang.

Sedangkan di Kabupaten Kepahiang, mereka mendiami desa Suro Lembak. Selain itu, Suku Lembak juga ditemukan di Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas di Provinsi Sumatera Selatan.

BACA JUGA:Segini Nominal Uang Duka Taspen, Simak Syarat dan Cara Klaimnya

Menurut berbagai literatur, Suku Lembak merupakan bagian dari suku Melayu. Bahasa, adat-istiadat, dan budaya mereka tidak jauh berbeda dengan masyarakat Melayu pada umumnya.

Sejarah Masyarakat Adat Lembak Bengkulu

Sejarah masyarakat adat Lembak Bengkulu diabadikan dalam beberapa pasal buku yang ditulis oleh R.H.M Ilyas dalam huruf Arab, kemudian diterjemahkan ke dalam huruf Latin oleh anak beliau, RM. Yacub. Berikut adalah beberapa kutipan penting dari pasal-pasal tersebut:

Pasal 14

Bermula Tuanku Baginda Sebayam itu, ada memelihara Hulubalang 40 orang pilihan. Pada setiap hari bertukar tukar jaga dalam istana Baginda itu. Pada suatu malam Baginda keluar. Maka sembah Hulubalang yang sedang berjalan itu: “Ya Tuanku Syah Alam, ini ada seorang laki-laki baru datang pada malam ini. Dia datang dari Palembang mau menyerahkan diri kebawah duli tuanku, tetapi hamba belum tahu namanya”.

Maka orang  itu sujud kepada kaki Baginda dan menuturkan segala hal iihwal kedatangannya: adapun patik ini datang dari Palembang dan nama patik SINGARAN PATI asal orang dari Lembak Beliti Tabah pingin Palembang. pada suatu ketika patik kena fitnah. Kata orang patik berbuat jahat dengan anak perempuan anak mamak patik. Patik mau dibunuh oleh mamak patik. Rasanya patik tidak dapat meloloskan diri, maka patik menikamnya terlebih dahulu, lalu ia mati.

Maka orang Pedusunan sepakat mengatakan patik sudah melakukan dua kesalahan. Lalu patik dihantar kepada sultan Palembang. Mendapat hukuman menjadi budak raja seumur hidup. Maka patik diperintahkan menjadi Sultan Penunggu Indah Larangan. Maka patik bergelar ISWANDA

BACA JUGA:Profil Pembalap Tampan Rio Haryanto yang Lamar Keponakan Sandiaga Uno, Netizen Ungkap Patah Hati Nasional!

Pasal 15

Pada suatu hari anak Sultan yang bernama PUTERI SINARAN BULAN yaitu remaja puteri yang cantik parasnya, turun mandi di indah larangan itu. Tiba-tiba takdir Allah SWT disambar oleh buaya hidung kajang besarnya. Maka gegerlah segala isi Negeri.

Setelah orang–orang besar bermufakat berdasarkan titah Sultan, tidak bisa ditolak saya disuruh membunuh buaya itu. Karena itu kesalahan saya kurang hati-hati menjaga Indah larangan itu. Maka saya meminta untuk mengumpulkan segala senjata yang ada di Palembang. Setelah semuanya terkumpul, maka saya serakkan dengan beras sudah dikunyiti dipanggil ayam makan beras itu. Ada sebuah keris kecil yang sudah berkaratsejengkal panjang matanya dimakan ayam, lalu ayam itu mati.

Dengan seketika itu pula keris tersebut yang saya bawa menyelam kedalam sungai Palembang. Setelah bertemu dengan Buaya itu, lalu saya tikam. Lukanya cuma sedikit , tapi Buaya itu langsung mati. Dan bangkainya langsung merapung di atas air. Dari keris yang saya bawa menyelam itu, saya sembunyikan di bawah Indah larangan antara air dengan darat. Kemudian saya menghadap junjungan Sultan untuk mengatakan kalau Buayanya sudah mati, tetepi keris penikamnya hilang.

BACA JUGA:Raja Jalanan, PO Bus Sugeng Rahayu Resmi Rilis 4 Bus Baru, Tanpa Ikon Lumba-lumba

Kata Sultan, apa boleh buat asal mati Buaya itu tak apalah. Buaya itu dibelah perutnya oleh orang-orang, terdapat di dalam perutnya mayat sang Puteri seperti orang tidur saja. Tidak ada yang cacat sedikitpun dari tubuhnya. Hanya sekadar jiwanya saja yang hilang dari raganya. Pada malamnya saya lari membawa keris itu menuju ke hulu Palembang. Dengan maksud ingin kembali ke dusun saya. Kemudian saya sadar kalau masih berada dalam kawasan Palembang pasti akan dapat oleh Sultan. Sebab itulah maka saya lari ke bawah duli Yuanku di sini minta hidup kepada tuanku.

Karena hamba lari dari rumah Raja, sekarang hamba ke rumah Raja di sini. Hamba serahkan jiwa hamba kepada Tuanku. Dari keris si Kuku Gagak penikam Buaya itu, ini hamba persembahkan untuk Tuanku. Setelah baginda mendengar segala cerita Iswanda maka bertanya: “apa kedudukanmu di Dusun mu? Jawab Iswanda: “kalau suku patik ialah pesirah di dalam Marga Dusun Taba Pingin”. Maka tinggallah Iswanda di bawah perintah hulubalang Tuanku baginda Sebayam. Lama kelamaan banyaklah pengabdian Iswanda kepada baginda.

BACA JUGA:2 Shalawat Jalur Langit, Rahasia Mencapai Kesuksesan dan Kekayaan

Mana pekerjaan yang sukar-sukar tidak dapat dikerjakan oleh orang lain maka Iswandalah yang mengerjakannya. Adalah sifat Iswanda menurut adat seorang hamba dengan Tuannya bila dipanggil datang, disuruh pergi, ditegah diam. Baginda terlalu sayang padanya. Lama kelamaan maka Iswanda diangkat oleh Baginda menjadi anak. Anak satu menjadi dua anak 2 menjadi 3 sebaik seburuk dengan anak cucu Tuanku Baginda Sebayam.

Bersumpah setia dengan seberat-beratnya. Sesekali tidak boleh lancung aniaya kedua pihak. Siapa yang mungkir janji dimakan sumpah, dikutuk bisa kawi, dikutuk Qur’an 30 juz jatuhlah murka Allah dengan seberat-beratnya, Kalau hilang sama dicari, terbenam sama diselam, selama air hanyut, selama gagak hitam, tidak lapuk di hujan, tidak lekang dipanas selama-lamanya.

BACA JUGA:Catat! Ini Jadwal Pencairan Gaji 13 PNS dan Pensiunan 2024, Tinggal Menghitung Hari

Pasal 16

Setelah Iswanda diangkat menjadi anak oleh Tuanku Baginda Sebayam, maka ia diberi sebidang tanah. Yaitu antara Sungai Bengkulu dengan Sungai Hitam kehulunya hingga Air Rena Kepahiang, Kehilir Pesisir Laut. Inilah batas tanah yang diberi Tuanku baginda Sebayam kepada Iswanda yang diangkat menjadi anaknya.

Pasal 17

Maka kedengaran khabarnya kepada adik sanak Iswanda mengatakan Iswanda sudah diangkat anak oleh raja Bengkulu. Banyaklah mereka itu datang dari Lembak Beliti menurut Iswanda. Apabila sudah banyak familinya, mak Iswanda suruh cincang lati di Pungguk Beriang namanya di Pinggir Air Sungai Hitam. Tempat itulah mula-mula Iswanda membuat Dusun. Duduklah ia memerintah tanah bumi yang sudah dikasih oleh Tuanku baginda Sebayam. sebab inilah ia bernama Raja Sungai Hitam. Karena diam di pinggir Air Sungai Hitam. Apabila Iswanda sudah tetap berdusun dan memerintah, makin bertambah-tambah juga datang kaum kerabatnya. Maka bertambahlah Dusunnya. Demikianlah adanya dibuat pada tahun 938 Hijrah.

BACA JUGA:Warisan Leluhur, 'Pengadangan' Bagian Tradisi Unik Pernikahan dari Suku Ogan

Pasal 18

Setelah wafat Baginda Sebayam, beliau diganti dengan anaknya yang bernama Baginda Senanap yang bergelar Paduka Baginda Muda. Pada masa ini data lagi seorang dari Tabah Pingin yang bernama Abdus Syukur, seorang ulama. Dia menemui Baginda Senanap, kemudian beliau disuruh menemui Iswanda, karena Abdus Syukur juga masih kerabat Iswanda. Abdus Syukur inilah yang menjadi asal nenek moyang orang Pagardin yang mula-mula menyiarkan Agama Islam di Sungai Hitam sampai ke Lembah Delapan. Abdus Syukur sering disebut dengan Tuan Tue (dimakamkan di Dusun Paku Aji)

Pasal 19

Kemudian datang juga orang dari Lembak Beliti, yaitu Jukuang, Jakat, Darti dan Lubuk Bisu. Mereka menemui Raja Sungai Lemau, buat minta lahan sebagai tempat tinggal. Akhirnya mereka disuruh tinggal di dipinggir Air Bengkulu sebelah kiri mudik, yang juga termasuk lahan yang diberikan kepada Iswanda. Mereka inilah yang menjadi Nenek moyang orang Marga Mentiring.

BACA JUGA:Baru Tahu Ternyata Minyak Kayu Putih Bisa Mengusir Tikus dari Rumah, Simak Caranya Berikut

Pasal 20

Setelah wafat Paduka Baginda Muda, maka beliau digantikan oleh anaknya yang bernama Tuanku Baginda Kembang Ayun (dimakamkan di Kembang Ayun), kemudian digantikan anaknya Tuanku Baginda Burung Binang. Saat tuan Baginda Burung Binang memerintah datang dua orang Suami Istri, Suaminya orang Rejang, sedang Istrinya orang Lembak. Kedatangannya juga meminta lahan, akhirnya diberikan lahan di kuala Air Palik persembahannya adalah seekor kerbau bertali rambut, diikat di batang cekur di halaman tempat tuanku Burung Binang (Kubur Tuanku Burung Binang diseberang Ds Kederas Lama). Dia diangkat menjadi Pembarab, tetapi bukan pembarab di bawah pasirah, melainkan Pembarab di bawah raja yang sama kedudukannya dengan pasirah, serta dikurnia pula sedikit angkatan/pasukan. Jika kerja baik atau kerja buruk, boleh dia memakai alam halilipan, karena balasan persembahannya itu. Dialah asal nenek moyang orang Lubuk Tanjung.

Pasal 21

Pada saat itu datang juga orang dari Muara Lakitan, Lembak Darat laki-laki dan perempuan dari kaum kerabat Iswanda, pada saat itu Iswanda sudah meninggal.

Mereka meminta lahan kepada Raja Sungai Lemau, kemudia diberi oleh Tuanku Baginda tanah dipinggir air Bengkulu di sebelah kanan mudik dan di sebelah hulu hingga air Lapur. Mereka inilah menjadi nenek moyang orang Porwatin dua belas tepi air.

BACA JUGA:Nyesal Baru Tahu, Ternyata Ini Bahaya Sering Mandi Malam, Bisa Picu Kejang hingga Berisiko Hipotermia

Sub Kelompok Suku Lembak

Suku Lembak terbagi menjadi tiga subkelompok utama, yaitu:

1. Suku Lembak Lapan

Berada di Kabupaten Bengkulu Tengah dan Kota Bengkulu, terdiri dari delapan desa: Talang Kering, Taba Jambu, Tanjung/Datar Tanah, Gardin, Sebenjol, Paku Haji, Marulan, dan Tanjung Telang.

2. Suku Lembak Bulang

Berasal dari Desa Tabalagan dan menyebar ke berbagai wilayah termasuk Panorama, Dusun Besar, dan beberapa desa lainnya di sekitar Kota Bengkulu.

3. Suku Lembak Beliti

Terletak di daerah antara Kepala Curup (Rejang Lebong) dengan Lubuklinggau (Sumatera Selatan), termasuk desa-desa seperti Beliti, Guru Agung, Talang Padang, dan lainnya.

BACA JUGA:Baru Tahu, Ternyata Minum Jus Ini Bikin Asam Urat Minggat

Bahasa

Bahasa yang digunakan oleh Suku Lembak adalah Bahasa Melayu dialek Lembak, atau dikenal dengan sebutan Bahasa Col. Bahasa ini memiliki perbedaan dengan Bahasa Melayu Bengkulu, terutama dalam pengucapan kata-kata. Bahasa Melayu Bengkulu banyak menggunakan huruf 'o' di akhir kata, sementara Bahasa Lembak lebih banyak menggunakan huruf 'e'. Selain itu, ada juga kosakata yang berbeda antara kedua dialek tersebut.

Budaya

Sebagai pemeluk agama Islam, budaya Suku Lembak banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam. Namun, ada juga pengaruh dari kebudayaan lainnya. Ada kesamaan dan perbedaan antara adat-istiadat Melayu Bengkulu dan Suku Lembak. Secara umum, kebudayaan Melayu mendominasi kebudayaan Suku Lembak.

BACA JUGA:Segini Nominal Uang Duka Taspen, Simak Syarat dan Cara Klaimnya

Suku Lembak adalah salah satu dari banyak suku bangsa yang memperkaya keragaman budaya Indonesia, khususnya di Provinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan. Dengan sejarah yang panjang dan adat-istiadat yang kaya, Suku Lembak tidak hanya menjadi bagian penting dari masyarakat Bengkulu, tetapi juga memperlihatkan betapa beragamnya budaya di Indonesia. 

Bagi kamu yang mengaku orang Bengkulu asli, mengetahui dan menghargai warisan budaya seperti ini adalah langkah penting untuk melestarikan identitas dan kebanggaan daerah. Itulah asal usul Suku Lembak.

(Sheila Silvina)

Kategori :