Kisah Asli Semar, Gareng, Petruk dan Bagong yang Merupakan Perubahan dari Sifat dan Watak Manusia

Selasa 30-07-2024,20:01 WIB
Reporter : Tianzi Agustin
Editor : Agus Faizar

Wayang Kulit pada Zaman Kerajaan Islam

Tidak asing di telinga kita nama Sunan Kalijaga, salah satu dari tokoh sembilan wali. Beliau bernama asli Joko Said dan lahir pada 1450 M. Wayang kulit yang kita kenal saat ini merupakan karya inovasi dari Sunan Kalijaga. 

Wayang Beber Kuno yang menggambarkan wujud manusia secara detail dibuat menjadi lebih samar. Karakter seperti Bagong, Petruk, dan Gareng adalah lakon ciptaan Sunan Kalijaga yang dibuat sedemikian rupa agar dapat membawa nafas Islam dalam pertunjukan wayang kulit yang saat itu masih didominasi kebudayaan Hindu-Buddha.

BACA JUGA:Inilah Daftar 5 Kota Terkaya di Jawa Tengah 2024 Berdasarkan PDRB per Kapita

Peran Sunan Kalijaga dalam Wayang Kulit

Sunan Kalijaga mengadaptasi beberapa istilah perwayangan dari bahasa Arab. Misalnya, "Dalang" berasal dari kata "Dalla" yang berarti menunjukkan. 

Sunan Kalijaga memilih kata tersebut dengan harapan Dalang dapat menunjukkan kebenaran kepada para penonton wayang. 

BACA JUGA:Inilah Daftar 5 Kota Terkaya di Jawa Tengah 2024 Berdasarkan PDRB per Kapita

Kisah asli Semar Gareng Petruk dan Bagong:

Tokoh Semar berasal dari kata "Simaar" yang berarti paku, melambangkan karakter iman yang kuat dan kokoh seperti paku. 

Petruk berasal dari kata "Fat-ruuk" yang berarti tinggalkan, mengajarkan agar seseorang meninggalkan apa yang disembah selain Allah semata. 

Gareng berasal dari kata "Qariin" yang berarti teman, mengajarkan agar seseorang pandai mencari teman untuk diajak menuju jalan kebaikan. 

Bagong berasal dari kata "Baghaa" yang berarti berontak, mengajarkan agar seseorang memberontak ketika melihat kedzaliman.

BACA JUGA:Duh! Ini 10 Provinsi Termiskin di Indonesia 2024, Didominasi Wilayah Mana?

Profil Tokoh Punakawan

Untuk lebih jelasnya, berikut masing-masing profil Punakawan:

Kategori :