BMKG menegaskan kemunculan awan ini tidak ada kaitannya dengan potensi gempa atau tsunami maupun hal-hal mistis.
Masyarakat diminta tetap waspada terhadap potensi kondisi cuaca buruk dan dapat selalu memperbarui informasi cuaca dari BMKG.
BACA JUGA:Peringatan Dini BMKG, Ini Wilayah Berpotensi Hujan Deras di Bulan September 2024
Bagaimana awan tsunami terbentuk?
Penasaran bagaimana awan tsunami terbentuk? Awan ini terbentuk ketika udara dingin terseret curah hujan yang jatuh di dalam badai. Saat mencapai tanah, udara dingin tersebut memercik ke luar dan menyebar.
Nah, ketika menyebar di sekitar badai, udara dingin akan masuk ke dalam udara yang lebih hangat dan tidak terlalu padat di permukaan tanah. Selanjutnya, udara terangkat dengan sangat kuat ke arah pergerakan awan hingga membentuk gust front. Adapun gust front adalah uap air dari udara yang lebih hangat mengembun menjadi tetesan air yang kemudian muncul sebagai rak awan, melansir Cloud Appreciation Society.
BACA JUGA:Prakiraan Cuaca BMKG, Hari Ini Prediksi ‘Pintu Neraka Terbuka’ di Surabaya, Segini Panasnya!
Lebih sederhananya, udara dingin dari awan kumulonimbus turun mencapai tanah, lalu menyebar dengan cepat, hingga mendorong udara lembap hangat naik ke atas. Saat udara tersebut naik, uap air mengembun menjadi pola yang terkait dengan awan Arcus. Pola itu dapat menyebabkan arah angin yang berbeda di atas dan bawah.
Demikianlah ulasan informasi, Penjelasan BMKG soal kemunculan awan tsunami di RI.
(Novan)