“Sejak tahun 2022 hingga Juli 2024, tersangka telah melakukan pencabulan sebanyak 10 kali terhadap korban. Aksi tersebut dilakukan di kebun dan gudang,” ungkap AKP Isnovim pada Kamis, 12 September 2024.
BACA JUGA:Ribuan Hektare Sawah di Mukomuko Memasuki Musim Tanam 1 dan 2, Pupuk Subsidi Penentu Suksesnya Panen
Pengakuan ini semakin memperparah situasi, karena korban yang masih di bawah umur telah menjadi sasaran predator seksual dalam jangka waktu yang cukup lama.
Masyarakat pun semakin geram dengan tindakan pelaku, sehingga amarah mereka memuncak pada aksi arakan keliling kampung tersebut.
Pelaku Diamankan Polisi
Setelah diarak oleh warga, Sholikin akhirnya diamankan oleh pihak kepolisian Polsek Sumberlawang untuk mencegah terjadinya tindakan kekerasan yang lebih parah dari masyarakat.
BACA JUGA:4 Atlet Bengkulu di PON Aceh-SUMUT XXI Berhasil Raih Medali
Dalam kondisi yang memprihatinkan, pelaku kemudian dibawa ke Polres Sragen untuk menjalani proses hukum lebih lanjut.
Dalam keterangan resminya, Kapolres Sragen, AKBP Petrus P. Silalahi, menyatakan bahwa tindakan Sholikin tergolong kejahatan berat dan tidak bisa dibiarkan.
“Pelaku telah kami amankan dan saat ini sedang menjalani proses pemeriksaan lebih lanjut. Kami akan memastikan bahwa hukum ditegakkan dengan seadil-adilnya dalam kasus ini,” tegas Kapolres Sragen.
Selain sebagai guru ngaji, Sholikin diketahui juga bekerja sebagai petani dan terapis akupunktur. Namun, pekerjaan sampingannya ini tidak menutupi fakta bahwa ia telah melakukan pelanggaran hukum yang sangat serius.
BACA JUGA:Rilis! Tecno Pova 6 Neo 5G Kamera 108 MP dan Baterai Besar, Tangguh dengan Fitur Futuristik
Ancaman Hukuman 15 Tahun Penjara
Atas perbuatannya, Sholikin dijerat dengan Pasal 82 Ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Anak. Pasal ini mengatur tentang tindakan pencabulan terhadap anak di bawah umur, dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.
Hukuman berat ini diharapkan dapat memberikan efek jera kepada pelaku dan pelajaran bagi masyarakat agar lebih waspada terhadap tindak kekerasan seksual terhadap anak.
Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana, Perlindungan Perempuan, dan Pemberdayaan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Sragen, Agus Sudarmanto, menyatakan bahwa pihaknya akan segera turun tangan untuk memberikan pendampingan kepada korban.