Philip Mehrtens, yang kini berusia 38 tahun, berasal dari Christchurch, sebuah kota di Pulau Selatan, Selandia Baru. Ia menikah dengan Maria, wanita yang memiliki darah Indonesia.
Menurut laporan dari The New Zealand Herald, pertemuan antara Philip dan Maria terjadi di Indonesia. Dari pernikahan mereka, pasangan ini dikaruniai seorang putra laki-laki bernama Jacob, yang kini berusia lima tahun.
Setelah menikah, Philip dan Maria sempat tinggal di Selandia Baru, di mana Philip bekerja sebagai pilot pesawat Jetstar. Namun, panggilan untuk kembali ke Indonesia dan menjelajahi keindahan Bali membawa mereka kembali ke tanah tempat mereka bertemu.
BACA JUGA:Duka Seorang Ibu, Bayi 3 Bulan Meninggal Usai Jadi Korban Jambret
Di Bali, Philip melanjutkan karirnya sebagai pilot Susi Air, menjalani kehidupan yang tenang sampai peristiwa menyedihkan itu terjadi.
Ketika Philip disandera oleh kelompok Egianus Kogoya, situasi semakin mencekam. Selama masa penyanderaan, kelompok tersebut bahkan menyebarkan rekaman video yang menunjukkan Philip berbicara kepada istri dan anaknya.
Momen ini menunjukkan betapa dalamnya hubungan mereka dan betapa beratnya beban yang ditanggung Maria selama menunggu kepulangan suaminya.
Proses pembebasan Philip melibatkan tim Satgas Damai Cartenz-2024 yang dikenal sebagai garda terdepan dalam memerangi kelompok separatis di Papua.
BACA JUGA:Bocah Berusia 7 Tahun Di Bengkulu Utara Digagahi Paman Sendiri
Operasi ini dimulai pada 5 Januari 2018 dan telah berlangsung selama enam tahun lebih, dengan tujuan utama untuk menegakkan keamanan di wilayah Papua. Awalnya, satgas ini dikenal dengan nama Operasi Nemangkawi, yang kemudian diubah menjadi Operasi Damai Cartenz.
Satgas ini terdiri dari pasukan TNI dan Polri, termasuk satuan Brimob, Polda Papua, dan Polda Papua Barat. Dari pihak TNI, berbagai matra terlibat, termasuk TNI AD, TNI AL, dan TNI AU.
Satuan elite, seperti prajurit Kodam XVII/Cendrawasih, juga terlibat dalam operasi ini, menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengatasi masalah keamanan di Papua.
BACA JUGA:Bocah 10 Tahun Ditangkap Polisi karena Dukung Kemerdekaan Palestina
Kapolda Papua, Mathius Fakhiri, menjelaskan bahwa saat ini terdapat enam kelompok separatis yang aktif, sebagian besar berada di dataran tinggi Papua.
"Operasi Damai Cartenz dibuat sebagai upaya mengekang pemberontak separatis bersenjata di Papua," ujarnya. Dalam konteks ini, pembebasan Philip menjadi simbol harapan bagi banyak orang, termasuk keluarganya yang sudah lama menanti.
Sementara itu, kelompok-kelompok separatis yang masih aktif, seperti pimpinan Egianus Kogoya dan Lekagak Telenggan, terus berusaha untuk mengganggu keamanan di wilayah tersebut.