Harga Cabai Makin Menggigit Setara Daging Sapi, Ternyata Ini Penyebabnya

Jumat 10-01-2025,09:43 WIB
Reporter : Sheila Silvina
Editor : Septi Widiyarti

NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM - Harga cabai melonjak seharga daging sapi per kilogram, petani belum menikmati keuntungan.

Harga cabai di sejumlah daerah naik signifikan dalam beberapa waktu terakhir.  Lonjakan harga cabai yang mencapai angka fantastis hingga Rp140 ribu per kilogram. 

BACA JUGA:Rincian Biaya Pembuatan SIM Tahun 2025, Ketahui Prosedur dan Persyaratannya

Misalnya, di Kota Bandung, Jawa Barat, harga cabai mencapai Rp140.000 per kilogram. Kendati begitu, ternyata tidak membawa kebahagiaan bagi semua petani.

Di beberapa wilayah, para petani justru menghadapi kegagalan panen yang membuat mereka tidak dapat menikmati keuntungan dari kenaikan harga tersebut.
Salah satunya adalah Syawal Abidin, seorang petani cabai di Paron, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Syawal menceritakan bahwa tanaman cabainya yang tersebar di lahan seluas sekitar 5.000 meter persegi mengalami kegagalan total akibat serangan penyakit. Tanaman cabai tersebut layu dan akhirnya mati sebelum sempat dipanen.
“Meski harga cabai sekarang mahal, saya belum bisa merasakan keuntungan itu. Belum sempat petik, tanamannya sudah mati duluan,” ujar Syawal seperti dikutip dari Kompas.com.

BACA JUGA:Kapan Perayaan Imlek 2025? Ini Jadwal dan Tradisi Perayaannya

Kegagalan panen ini tidak hanya dialami oleh Syawal, tetapi juga oleh petani lain di wilayah tersebut. Menurut Syawal, faktor utama penyebab kegagalan panen adalah serangan penyakit yang meluas.
“Kalau daerah lain tanamannya bagus, pasti mereka menikmati keuntungan saat harga mahal begini. Tapi petani di Paron, belum bisa,” tambahnya.

BACA JUGA:Ini Hasil Sidang Gugatan Masa Jabatan Kades, Apa Benar MK Batalkan Masa Jabatan 8 Tahun?

Tantangan Petani Cabai di Wilayah Lain

Imam Basori, seorang petani di Kecamatan Ringinrejo, juga menghadapi masalah serupa. Meski masih bisa memanen cabai, hasil panennya terbatas akibat serangan hama patek. “Awalnya tanaman cabai saya menghasilkan buah yang bagus. Tapi, setelah terkena patek, sekitar 40 persen hasil panen menjadi busuk,” ujar Imam. Ia menambahkan bahwa kondisi ini tentu mengurangi potensi keuntungan yang bisa didapat.
Nasib kurang beruntung juga dialami oleh Heri, seorang petani di Kecamatan Semen. Hasil panen cabainya bahkan tidak cukup untuk menutupi biaya produksi.
“Sekarang upah buruh cangkul saja Rp100 ribu per hari, belum termasuk biaya makan dan rokoknya. Dengan hasil panen seperti ini, jelas tidak cukup untuk balik modal,” keluh Heri.

BACA JUGA:Lenovo Pamerkan Laptop Yoga Slim 9i di Event CES 2025, Laptop Pertama Kamera di Bawah Layar

Harga Cabai di Pasar Melambung

Di tengah kesulitan yang dialami petani, harga cabai di pasar terus melambung. Di Kediri, harga cabai rawit merah mencapai Rp110 ribu per kilogram.
Sementara itu, di Pasar Minggu, Jakarta, pedagang menjual cabai rawit merah dengan harga Rp120 ribu hingga Rp130 ribu per kilogram.
Bahkan, menjelang Tahun Baru 2025, harga sempat menyentuh angka Rp150 ribu per kilogram.
Di Pasar Cileungsi, Bogor, harga cabai rawit merah juga tidak kalah mahal. Umar, seorang pedagang di pasar tersebut, menjelaskan bahwa kenaikan harga sudah berlangsung sejak sebelum pergantian tahun.
“Sekarang harga cabai rawit merah Rp130 ribu per kilogram. Sebelumnya hanya sekitar Rp50 ribu per kilogram,” kata Umar. Menurutnya, kenaikan harga ini disebabkan oleh minimnya stok akibat gagal panen dan belum memasuki masa panen raya.
“Kalau sudah panen raya, mudah-mudahan harga bisa turun lagi. Tapi sekarang stok memang terbatas, sementara permintaan tetap tinggi,” tambahnya.

BACA JUGA:Kapan Perayaan Imlek 2025? Ini Jadwal dan Tradisi Perayaannya

Penyebab Lonjakan Harga Cabai

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Muh Taufiq Ratule, menyebut bahwa kenaikan harga cabai disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah masalah distribusi yang terganggu oleh cuaca buruk.
“Musim hujan seperti sekarang ini membuat distribusi antarwilayah menjadi sulit. Selain itu, ada beberapa daerah yang mengalami gagal panen. Namun secara nasional, stok cabai sebenarnya cukup,” jelas Taufiq.
Ia menegaskan bahwa cabai adalah komoditas dengan harga yang fluktuatif. Dalam siklus enam bulan, harga cabai bisa naik dan turun tergantung pada kondisi pasokan dan permintaan. Meski demikian, petani tetap melakukan panen secara berkala.
“Kenaikan harga saat ini lebih disebabkan oleh masalah distribusi dan dinamika iklim. Kalau panen raya sudah tiba, biasanya harga akan kembali stabil,” pungkasnya.

BACA JUGA:Ini Panduan Cara dan Jadwal Lengkap Pendaftaran PPPK Tahap 2 di SSCASN BKN

Harapan Petani dan Solusi ke Depan

Para petani berharap pemerintah dapat memberikan solusi untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi, mulai dari penanganan hama hingga distribusi hasil panen.
Selain itu, dukungan berupa subsidi atau bantuan biaya produksi juga sangat dibutuhkan agar petani tidak terus merugi.
Dengan adanya perbaikan sistem distribusi dan pengendalian hama, diharapkan petani dapat kembali menikmati hasil kerja keras mereka.

Kategori :