Egianus Kogoya sempat berguru kepada sosok pemimpin KKB Papua yang sempat menjadi momok bagi warga sipil di Puncak Jaya, yakni Goliath Tabuni.
Hingga akhirnya Egianus Kogoya memilih untuk membuat kelompok sendiri dan membuat onar di wilayah Papua Pegunungan.
Baru-baru ini sebuah akun facebook dengan nama Marinus Yaung mengungkapkan penyebab mengapa Egianus Kogoya menjadi sosok yang brutal. Dikutip dari catatan Facebook Marinus Yaung, Egianus memiliki banyak penyebab bertindak brutal di tanah kelahirannya, Papua.
BACA JUGA:Agar Anak Pintar dan Sehat, Hindari 20 Penggunaan Kalimat Ini Kepada Anak
Berikut tulisan dari Marinus Yaung yang telah dipublikasikannya di Facebook pada 8 Maret 2022:
Kenapa Egianus Kogoya Pemimpin KKB Nduga Begitu Brutal dan Sadis?
Jawabanya karena Egianus Kogoya sewaktu sekolah di Kota Wamena, Jayawijaya tidak disentuh dengan pendidikan yang baik dan berkualitas, serta didukung oleh guru-guru yang berkompeten dan mengajar serta mendidik dengan hati yang penuh ketulusan.
Saya tahun 2014 ketika melakukan penelitian bersama seorang teman di Wamena dan Nduga, kami sempat temukan fakta bahwa wilayah pembangunan tiga di kabupaten Nduga, dari Habema, Mbua dan sampai Mugi sangat tertinggal dan terisolir dalam pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan. Ini wilayah yang menjadi hak ulayat keluarga Egianus Kogoya.
Hampir sebagian besar balita dan anak-anak tidak pernah mendapat suntikan imunisasi. Sehingga kematian bayi dan anak sangat tinggi di wilayah ini.
BACA JUGA:Ini Aturan Baru Ketua RT, Meliputi Masa Jabatan hingga Syarat Usia
Selain krisis kesehatan, proses pendidikan juga tidak berjalan maksimal. Banyak guru-guru tidak bekerja di wilayah ini. Mereka lebih banyak beraktivitas di Kota Wamena.
Banyak anak usia sekolah dasar, tidak bisa menikmati pendidikan karena guru cuma satu yang aktif.
Itupun cuma satu dan dua mata pelajaran yang diajarkan. Mata pelajaran lain tdk diajarkan, tetapi setiap terima raport, semua mata pelajaran ada nilainya dalam buku raport.
Banyak anak usia SMP yang belum bisa kenal huruf, tidak bisa baca dan berhitung. Untuk mengatasi ketertinggalan pendidikan, banyak orang tua murid dari Kabupaten Nduga, mengirim anak-anaknya untuk sekolah ke kota Wamena, yang lebih maju pendidikannya.