Adapun hewan-hewan yang bisa menjadi tanda bencana besar akan datang itu, yakni kera dan macan. “Kera itu lebih jujur, macan itu lebih jujur,” ujarnya kepada jamaah yang ikut pengajiannya.
Hal itu sudah terjadi ketika Gunung Merapi hendak meletus. Sebelumnya, kera dan macan turun gunung keluar dari hutan. Tanda itu bisa dipercaya karena mereka bisa merasakan ketidaknyamanan saat berada dekat dengan Gunung Merapi.
“Dulu kalau ada (Gunung) Merapi akan gempa itu tandanya kera dan hewan-hewan yang lain turun, dia sudah tidak nyaman dengan Merapi yang mau meletus," katanya.
Maka dari itu, Gus Baha menyarankan agar tidak menyepelekan tanda-tanda yang diberikan alam, terutama dari hewan.
Sementara itu, tahun 373 SM, sebuah catatan sejarah merekam kejadian aneh di Yunani Kuno ketika hewan-hewan berlarian meninggalkan kota Helice. Beberapa hari kemudian, dalam catatan yang sama, sebuah gempa besar melanda kota tersebut.
Sejak dahulu kala, perilaku tak lazim hewan dianggap sebagai pertanda akan datangnya sebuah bencana alam. Keyakinan semacam itu pun terus menurun ke masyarakat dewasa ini.
Ketika gempa besar dan tsunami terjadi pada 2004 silam di Samudera Hindia, banyak laporan mengenai tingkah laku tak biasa dari hewan.
Misalnya di Sri Lanka, beberapa saksi mata menyaksikan banyak gajah berteriak lalu lari ke ketinggian, anjing peliharaan yang enggan diajak ke luar rumah, burung flamengo yang meninggalkan sarang, hingga kumpulan hewan di kebun binatang yang tak mau keluar dari kandangnya.
BACA JUGA:Sungguh Beruntung, Kelompok Manusia Ini Tidak akan Merasakan Hari Kiamat
Laporan National Geographic tak lama dari kejadian itu menyebutkan sedikit sekali hewan yang ditemukan tewas. Padahal di saat yang sama korban manusia akibat gempa dan tsunami itu mencapai ratusan ribu dari sejumlah negara.
Para peneliti punya dugaan yang lebih spesifik soal kemampuan hewan tersebut. Mereka meyakini indera hewan yang jauh lebih tajam dari manusia yang meloloskan dirinya dari jerat bahaya.
Hiroyuki Yamauchi dari National Tsing Hua University pernah melakukan survei mengenai reaksi kucing sebelum gempa terjadi.
Dari hasil survei itu diketahui lebih dari enam hari sebelumnya, sejumlah kucing berperilaku tak lazim dan mudah stres, beberapa kucing lain jadi cepat marah. Peneliti yakin respons kucing tersebut muncul karena tahu ada bencana bakal tiba lewat pendengarannya.
BACA JUGA:Kades Ingin Mencalon Pilleg, Pahami Ketentuan Berikut
Penelitian serupa dilakukan oleh Henry Streby dari University of California Berkeley. Dalam jurnal Current Biology, dia menemukan burung jenis warbler meninggalkan habitatnya 24 jam sebelum sebuah badai menimpa tempatnya.