3. Konten Anomali dengan Pesan Negatif atau Anti-Sosial
Beberapa karakter atau cerita anomali juga bisa menggambarkan perilaku menyimpang, seperti penggunaan kekerasan, perundungan, atau pembangkangan terhadap aturan, yang ditampilkan seolah-olah lucu atau keren. Ini bisa mengganggu pembentukan nilai moral pada anak.
BACA JUGA:Kebakaran Lahan Gambut di Provinsi Bengkulu, 20 Hektar Kebun Sawit Terbakar
4. Konten dengan Humor Surreal atau Tidak Masuk Akal
Meskipun terlihat lucu bagi remaja atau dewasa, humor absurd dan tidak logis dapat membingungkan cara berpikir anak-anak, yang belum memiliki kemampuan berpikir kritis yang matang.
Akibatnya, anak bisa kesulitan membedakan mana yang imajinasi dan mana yang kenyataan.
BACA JUGA:Top! BRI Dorong Usaha Camilan Menjadi Produk Oleh-Oleh Unggulan
5. Konten Viral Tanpa Konteks yang Dapat Ditiru
Anak-anak cenderung meniru apa yang mereka lihat. Konten anomali yang viral, jika menampilkan aksi atau suara yang aneh tanpa konteks yang sehat, bisa membuat anak ikut menirukan secara membabi buta tanpa memahami maknanya.
Misalnya meniru suara, gerakan, atau kebiasaan karakter absurd tanpa tahu asal-usulnya.
Bukan semua konten anomali berbahaya, tetapi yang mengandung unsur horor, kekerasan, kebingungan logika, atau sifat pasif perlu diawasi dengan ketat.
Orangtua harus aktif memilah konten, memberi penjelasan, dan membatasi durasi menonton. Anak juga perlu diarahkan pada tontonan yang lebih edukatif, kreatif, dan sesuai usia.
BACA JUGA:Kasus Pembunuhan Arjuna dan Abiyu, PU Divonis Hakim 10 Tahun Penjara
Putri Nurhidayati