Periode ini juga disebut sebagai momen seleksi alam. Bukan berarti kematian fisik, tapi siapa yang mampu bertahan secara emsonial dan spiritual akan muncul sebagai manusia baru.
Mereka yang memiliki EQ tinggi, sadar diri, dan mampu mengelola emosi, akan bertahan. Sebaliknya, mereka yang terjebak dalam stres, emosi negatif, dan manipulasi sosial akan tergilas oleh arus perubahan.
BACA JUGA:4 Weton yang Paling Rentan Terkena Sengkolo di Malam 1 Suro, Waspada Gangguan Halus dan Energi Gaib
9. Dua Kunci Melewati Masa-Masa Sulit
Agar bisa melewati fase besar ini dengan selamat, dua tips utama diberikan:
Mulai hidup secara meditatif: Latih diri untuk hidup mindful, sadar, dan menikmati momen sekarang. Lepaskan hal-hal yang membebani dan fokus merawat diri.
Lepaskan kemelekatan: Setiap pelepasan membuka jalan menuju transendensi. Semakin ringan beban emosional, semakin mudah kesadaran tinggi masuk dalam hidup.
BACA JUGA:Primbon Weton Senin Pon di Bulan Suro 2025! Hari Keberuntungan Tapi Penuh Larangan
10. Kembali Terkoneksi dengan Leluhur
Dalam budaya Nusantara, leluhur bukan sekadar nenek moyang biologis. Mereka adalah entitas agung yang dulu membimbing peradaban.
Kini, koneksi dengan mereka dipercaya bisa dibuka kembali. Kesadaran spiritual yang meningkat, dibarengi dengan praktik-praktik seperti meditasi dan hipnoterapi, bisa membuka kembali DNA spiritual yang terpendam.
BACA JUGA:Ternyata Ini Asal-Usul dan Keistimewaan Tradisi Bubur Suro di Indonesia
Siapkah Kita Memasuki Zaman Baru?
Dari guncangan emosional, krisis politik, konflik global, hingga kebangkitan spiritual, semua ini bukan sekadar kebetulan.
Dalam perspektif metafisika Jawa, ini adalah bagian dari skenario besar semesta. Bulan Suro adalah titik balik, saatnya manusia memilih yakni ikut bangkit menuju kesadaran baru atau tertinggal dalam gelombang kehancuran lama.
Apa pun kepercayaanmu, mungkin saat inilah waktu yang tepat untuk kembali ke dalam diri, menemukan jati diri, dan hidup dengan lebih sadar.