Iklan RBTV

Punya Rekam Jejak Bagus, Bung Ropan Sebut 2 Nama Kandidat Ideal Melatih Timnas Indonesia

 Punya Rekam Jejak Bagus, Bung Ropan Sebut 2 Nama Kandidat Ideal Melatih Timnas Indonesia

--

Ia menekankan bahwa PSSI seharusnya lebih berhati-hati dalam memilih pelatih kali ini, dengan mempertimbangkan rekam jejak dan kualitas yang sudah terbukti.

“Saya selalu bilang, pelatih itu jangan asal punya nama besar, tapi juga harus punya track record bagus. Jangan hanya karena CV terlihat keren, tapi hasil di lapangan tidak sesuai ekspektasi,” tutur Bung Ropan.

Salah satu nama yang direkomendasikannya adalah Jesus Casas, pelatih asal Spanyol yang sempat menukangi Timnas Irak sebelum digantikan Graham Arnold. 

“Casas itu bagus, tiga kali mengalahkan Indonesia. Taktiknya rapi dan pemain Irak berkembang pesat di bawah arahannya,” jelasnya.

BACA JUGA:21 Pemain Timnas Sepak Bola Indonesia Nomor Punggung 7

Selain Casas, Bung Ropan juga menyebut Timur Kapadze, sosok muda yang sukses membawa Uzbekistan tampil impresif di Piala Dunia U-20 dan bahkan membawa negaranya melaju ke putaran dunia senior. 

Menurutnya, Kapadze memiliki gaya kepelatihan modern dengan filosofi menyerang yang cocok untuk karakter pemain Indonesia yang cepat dan lincah.

Tak hanya itu, ia juga menyinggung nama Walid Regragui, pelatih Timnas Maroko yang membuat sejarah di Piala Dunia Qatar 2022 dengan membawa tim Afrika itu hingga ke semifinal. “Pelatih seperti Walid itu itu juga boleh yang meloloskan,” ucapnya.

Sementara untuk nama-nama top Eropa seperti Roberto Mancini, Bung Ropan menilai secara realistis bahwa pelatih sekelas itu terlalu mahal bagi PSSI.

 “Mancini ya jelas bagus tapi mungkin kemahalan ya,” ujarnya.

BACA JUGA:Gagal ke Piala Dunia 2026, Bagaimana Nasib Pemain Timnas Indonesia?

Harapan Baru untuk Garuda

Meski masa kepelatihan Kluivert berakhir lebih cepat dari rencana awal, Bung Ropan berharap PSSI dapat menjadikan momen ini sebagai titik balik untuk menata ulang strategi besar sepak bola nasional. 

Ia menilai bahwa pelatih baru nanti harus diberi kebebasan penuh dalam membangun tim, bukan sekadar menjadi pelengkap proyek jangka pendek.

“Kita butuh pelatih yang tidak hanya datang untuk hasil instan, tapi juga yang mau membangun pondasi jangka panjang. Pengalaman STY dulu menunjukkan bahwa proses membangun tim butuh waktu dan kepercayaan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: