Iklan RBTV Dalam Berita

5 Kisah Aisyah Cemburu pada Rasulullah, Salah Satunya Saat Malam Nisfu Syaban

5 Kisah Aisyah Cemburu pada Rasulullah, Salah Satunya Saat Malam Nisfu Syaban

5 Kisah Aisyah Cemburu pada Rasulullah, Salah Satunya Saat Malam Nisfu Syaban--

 

Wafatnya Nabi Muhammad dalah peristiwa yang tak terlupakan dalam sejarah umat Islam. Saat detik-detik terakhir ajal beliau, momen-momen penting terjadi yang memberikan gambaran tentang kebesaran dan keutamaan beliau sebagai penutup para Nabi. 

Detik-detik terakhir kehidupan Rasulullah SAW mengajarkan kita tentang ketabahan, ketulusan, dan ketakwaan yang tinggi dalam menghadapi kematian.

Wafatnya Nabi Muhammad bukan hanya kehilangan pribadi bagi para sahabatnya, tetapi juga merupakan duka yang mendalam bagi seluruh umat Muslim. Di dalam hati dan pikiran umat Islam, kisah perpisahan ini menyiratkan kekosongan yang tak tergantikan, karena Nabi Muhammad adalah contoh teladan yang sempurna dalam akhlak, kebijaksanaan, dan cinta kepada Allah.

Namun, perlu dipahami bahwa wafatnya Nabi Muhammad bukanlah akhir dari warisan beliau, tetapi awal dari sebuah warisan yang tak tergoyahkan. Dengan membaca kisah wafat Nabi Muhammad, kita dapat merenungkan nilai-nilai kehidupan yang beliau ajarkan dan memperdalam rasa cinta serta kekaguman kita kepada Rasulullah.

Dalam literatur hadis, ada beberapa riwayat yang menggambarkan peristiwa wafatnya Nabi Muhammad. Salah satu hadis yang terkenal adalah sebagai berikut:

Dari Aisyah, istri Nabi Muhammad, beliau berkata:

“Ketika Rasulullah sakit parah pada saat wafatnya, dia memasukkan tangan kanannya ke dalam air, kemudian dia menciumnya dan mengusapkannya ke wajahnya, lalu berkata, 'Tidak ada Tuhan selain Allah. Sesungguhnya kematian memang memiliki rasa sakit.'"

(Hadis Riwayat Al-Bukhari).

Hadis ini memberikan gambaran tentang kondisi Nabi Muhammad yang sakit parah dan cara beliau menghadapinya dengan mengingat Allah. Ini juga menunjukkan ketekunan beliau dalam menyebut nama Allah dan kesabaran dalam menghadapi kematian.

Dari Abu Bakar, sahabat Nabi Muhammad, beliau berkata:

“Ketika Rasulullah sedang sakit parah, dia datang ke masjid dengan wajah yang penuh keringat. Dia melihat kita berkumpul di masjid, lalu dia tersenyum. Hal itu membuat kami merasa senang. Kemudian, dia mengangkat tangannya ke langit dan berkata, 'Ya Allah, di sisi-Mu aku berpegang teguh.' Setelah itu, dia pulang ke rumahnya dan menghembuskan napas terakhirnya di pangkuanku."

(Hadis Riwayat Abu Dawud)

Hadis ini memberikan gambaran tentang keadaan Nabi Muhammad saat sakit parah dan masih menunjukkan keimanannya dalam menghadapi kematian. Ini juga menyoroti kehadiran para sahabat di sekitarnya selama periode sakitnya dan momen terakhir Nabi Muhammad di dunia ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: