Cerita Putri Nai Manggale dan Kisah Dalihan Na Tolu dalam Budaya Batak
Cerita putri nai manggale dari sumatera utara--
BACA JUGA:Mungkinkah Manusia Zaman Dahulu Berusia Ratusan Tahun?
Dari sanalah legenda Nai Manggale tersebar luas. Kecantikan sang puteri juga tersiar sampai pelosok negeri. Banyak perjaka menghias diri kemudian bertandang ke rumah sang puteri untuk meminang. Hanya saja tak satupun yang bisa memikat hati sang puteri jelmaan patung pohon hutan tersebut.
Suatu hari, berita tentang banyaknya perjaka yang berusaha meminang puteri namun tertolak pun sampai di telinga Raja Panggana dan pedagang kain dan perhiasan yang bernama Baoa Partigatiga. Keduanya pun datang ke tempat sang puteri.
Raja Panggana mengatakan kalau Nai Manggale adalah miliknya karena ia yang memahat patung tersebut. Sementara Baoa Partigatiga juga mengatakan kalau sang puteri miliknya karena perhiasan dan pakaian yang melekat adalah barang dagangannya.
Kemudian Datu Partawar juga muncul dan berpendapat kalau sang puteri merupakan miliknya karena ia yang menyempurnakan bentuk dan memberikannya nyawa dengan sihir. Ketiganya pun berdebat hebat.
Karena sudah cukup lama berdebat, mereka pun sadar dan mulai berpikir jernih. Datu Partawar pun memberikan usul untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Datu Partawar berkata, “Jika tidak bernyawa, dia tetaplah patung. Pakaian yang melekat juga tak ada artinya. Sekarang dia sudah menjadi seorang bernyawa. Kita harus sadar untuk menjaga harga dirinya dan tidak menghilangkan harga dirinya sebagai seorang Puteri Nai Manggale”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: