Iklan dempo dalam berita

Sabdo Palon dan Naya Genggong serta Ramalan Munculnya Agama Budi

Sabdo Palon dan Naya Genggong serta Ramalan Munculnya Agama Budi

sabdo palon dan naya genggong--

Makna Sabdo Palon dan Naya Genggong

 

Secara harafiah Sabda Palon dan Naya Genggong mengadung pengertian untuk dijadikan landasan/pegangan yang melekat pada kedua sosok punakawan tersebut.

 

“Sabdo” berasal dari kata “Sabda” atau “perkataan/firman” dan “Palon” adalah “pegangan.” Berdasarkan definisi dasarnya, Palon memiliki arti kayu pengancing kadang ternak. Sedangkan “Naya” memiliki arti “pandangan/pengamatan,” selanjutnya “Genggong” memiliki arti “keabadian”.

BACA JUGA:Sebelum Berkunjung ke Jam Gadang, Ini Fakta Menariknya, Ternyata Hadiah dari Ratu Belanda

 

Jadi Sabdo Palon dan Naya Genggong secara umum dan keseluruhan berarti pegangan dengan berlandaskan atas keadaan yang berlangsung terjadi secara berkelanjutan dan abadi. Definisi sebutan inilah yang dipegang oleh kedua punakawan saat mereka meninggalkan Prabu Brawijaya V.

 

Dikisahkan sesudah wafatnya sang Prabu Brawijaya V, Sultan Kerajaan Demak yaitu Raden Patah dan Sunan Kalijaga mendengar suara gaib yang berbunyi “Habislah cinta kasihku kepada anak, walaupun telah mati wujudku, tetapi ingatlah besok kalau ada Agama kawruh, saat itu akan kubalas.” 

 

Mendengar suara gaib itu, Raden Patah dan Kanjeng Sunan Kalijaga merasa bersalah dan mereka ingin menebus kesalahannya dengan selalu menggunakan jubah warna hitam. Mereka juga menggunakan penutup kepala bernama udheng atau iket/destar berwarna wulung. 

BACA JUGA:Abu Nawas Perlihatkan Wajah Setan, Ternyata memang Mengerikan

 

Kemudian Sunan Kalijaga mendapat petunjuk dari Yang Maha Kuasa mengenai Ilmu Sejatining Urip yaitu ilmu yang berproses pada diri sendiri untuk mengetahui hidup yang sejati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: