Dilumpuhkan Dalam Hitungan Jam, Apakah G30S PKI Sengaja Dirancang Gagal?
Dalam hitungan jam G30S/PKI berhasil ditumpas--
"Heru Atmodjo berada di Senko, pusat kegiatan Gestapu pada pagi hari itu merasa heran melihat bagaimana Sjam, seorang sipil, memimpin langsung operasi militer, sementara di sekitarnya ada Brigadir Jenderal TNI Supardjo, Letnan Kolonel Untung, serta Kolonel Latif," ungkap Salim Said dalam bukunya.
Heru Atmodjo dalam bukunya, Gerakan 30 September: Kesaksian Letkol (Pnb.) Heru Atmodjo, menyebut adalah Sjam yang sebenarnya langsung memimpin operasi militer pada satu Oktober pagi itu.
Kekacauan dan akhirnya kegagalan operasi G30S PKI pimpinan Syam itulah yang mendorong Heru Atmodjo mencurigai operasi tersebut sebagai gerakan militer yang memang dirancang untuk gagal.
“Tidak terlalu sulit sebenarnya untuk mengerti dasar kecurigaan Heru Atmodjo tentang sosok Sjam. Lihat saja bagaimana pasukan yang ditugaskan di Monas tidak disiapkan logistiknya. Akibatnya, mereka kelaparan. Sebagian dari mereka (Batalion 530 dari Brawijaya) dengan mudah siang itu ditarik masuk ke Kostrad untuk disuguhi makan siang,” jelas Salim Said.
"Batalion 454 dari Diponegoro yang dalam keadaan kelaparan mundur ke wilayah Pangkalan Udara Halim, mendapatkan makan yang secara tergesa-gesa disiapkan oleh Komandan Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Kolonel Udara Wisnu Jajengminardo,” lanjutnya.
BACA JUGA:Garis Tangan 10 Tanggal Lahir dan Shio Berikut Jadi Orang Kaya, Ternyata Ini Rahasianya
Lalu, bagaimana harus menjelaskan bahwa seorang jenderal, seorang kolonel, seorang letnan kolonel, dan sejumlah mayor, kapten, dan letnan, secara berjamaah menjadikan diri mereka anak buah seorang sipil dalam sebuah operasi militer yang begitu penting dan rumit? Apakah keputusan PKI mendukung gerakan para “perwira maju” di bawah pimpinan Letnan Kolonel Untung diubah oleh Sjam di lapangan, dari posisi hanya sebagai “pendukung” berubah menjadikan dirinya pemimpin operasi?
Dalam catatan Salim Said, pada sidang Mahmillub, Sudisman tidak membicarakan penyimpangan yang dilakukan Sjam tersebut.
Sudisman hanya menegaskan bahwa Sjam berhubungan langsung de ngan D.N. Aidit. Artinya, Sudisman tidak tahu apa persisnya perintah Aidit kepada Sjam. Sebagaimana yang disaksikan beberapa tokoh G30S PKI yang berada di sekitar Sjam pada pagi hari pertama bulan Oktober di Senko, adalah Sjam yang memerintahkan pembunuhan dua jenderal yang tiba dengan selamat di Lubang Buaya, ketika yang lainnya sudah terlebih dahulu terbunuh di rumah masing-masing.
"Juga perlu dicatat bahwa Brigjen Supardjo, Kolonel Latif, maupun Letnan Kolonel Untung, semua mengaku terkejut ketika tahu terjadinya pembantaian tersebut. Supardjo, Latief, dan Untung memang tidak punya akses langsung kepada pasukan yang bertugas di lapangan pada pagi itu. Ini juga fenomena yang aneh,” jelas Salim dalam bukunya.
Pembunuhan memang tak terhindarkan karena persiapan penculikan tidak dilakukan dengan perencanaan yang teliti dan saksama. Keadaan yang demikian ini hampir bisa dipastikan disebabkan oleh kepemimpinan Sjam yang tidak ditopang oleh pengalaman militer dalam memimpin sebuah operasi yang rumit dan sensitif.
BACA JUGA:Setelah Terima Titipan Uang Rp 450 Juta, Kejati Geledah Kanwil Kemenag Bengkulu
Sebagian besar pasukan yang melakukan penculikan adalah orang baru di Jakarta. Mereka kemungkinan besar bukan hanya tidak kenal Jakarta, juga tidak kenal dengan baik oleh mereka yang akan diculiknya. Salim berpendapat, faktor persiapan operasi yang tidak rapi yang menyebabkan terjadinya kepanikan di lapangan hingga menjadi faktor utama gagalnya Operasi Militer G30S PKI.
Apakah Sjam Agen Ganda yang Menyusup ke PKI?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: