Iklan RBTV Dalam Berita

Nah Cik Baru Tahu, Iko Asal Usul Namo Jalan dan Lokasi di Kota Bengkulu

Nah Cik Baru Tahu, Iko Asal Usul Namo Jalan dan Lokasi di Kota Bengkulu

Potret Pemandangan Jalan di Kota Bengkulu ke Arah Kampung Cina--

RbtvCamkoha - Adik Sanak yang sudah belasan atau bahkan puluhan tahun menetap tinggal di Kota Bengkulu mungkin sering melewati jalan atau lokasi iko, seperti Kebun Keling atau Kebun Kiwat, Kampung Cina ataupun lainnyo. Tapi, apokah Adik Sanak sudah tahu asal usul nama-namo jalan dan lokasi tersebut. 

Melah kito cari tahu, dikutip dari beberapa sumber dan data Pemerhati Sejarah dan Budaya Bengkulu H. Rolly GunawanGunawan (Cik Olly). 

1. Kebun Keling Keling digunakan untuk menyebut salah satu suku bangsa yang mendiami Anak Benua India bagian selatan. Suku bangsa dimaksud adalah bangsa Dravida. Sebutan Keling bernilai peyoratif ("berbau rasis") yang berarti suku bangsa yang berkulit hitam. Oleh karena itu, sebutan itu sudah nyaris tidak digunakan orang. Dalam diri pembaca mungkin timbul pertanyaan: mengapa masyarakat Keling bisa berada di Bengkulu? Ada 2 kemungkinan. Kemungkinan pertama, kolonialis Inggris yang membawa mereka ke Bengkulu. Mereka, selain dijadikan buruh perkebunan, juga dijadikan tentara garis depan ketika berperang melawan para pemberontak pribumi. Kemungkinan kedua, mereka adalah para nelayan yang terdampar di pantai barat Sumatera, khususnya Bengkulu, setelah berlayar diterjang ombak dan badai Samudera Hindia yang terkenal sangat ganas itu. Masyarakat Keling, baik yang  dijadikan buruh oleh kolonialis Inggris maupun karena terdampar oleh gelombang dan badai Samudera Hindia, lama kelamaan akhirnya membentuk suatu komunitas yang tinggal di kampung yang kini disebut Kebun Keling. Seiring dengan perjalanan waktu, mereka banyak yang saling menikah dengan penduduk pribumi; dengan begitu, ciri fisik etniknya menjadi berkurang atau bahkan tidak dikenali lagi.

2. Kebun Kiwat Bangsa Cina sudah zaman dahulu berdatangan dan mendiami berbagai wilayah/ daerah di Indonesia, termasuk di Bengkulu. Mereka bermatapencaharian sebagai pedagang. Mereka tidak mau berkonflik dengan warga pribumi, apalagi berkonflik dengan penguasa kolonial. Prinsip kaum pedagang semata-mata hanya untuk mendapatkan keuntungan. Mereka tinggal dan berdiam di suatu tempat di Bengkulu. Salah seorang di antara mereka yang kemudian terkenal sebagai pedagang kaya adalah Kie Hwat. Lidah kita biasanya memudahkan pengucapan nama Kie Hwat menjadi Kiwat. Kampung yang dulu ditinggali oleh Kie Hwat kini dikenal sebagai kampung Kebun Kiwat.

3. Kebun Beler Nama Beler bisa jadi berasal dari (khas nama) orang Inggris, Blair. Penduduk pribumi sulit melafalkan secara fasih nama tersebut. Apa yang mereka dengar adalah ucapan "Beler", bukan Blair dalam pelafalan nama Inggris. Penggunaan/ pengucapan nama Beler secara terus-menerus, akhirnya  menjadi ketetapan/ kesepakatan. Dari situ, (nama tempat/ kalurahan) Kebun Beler digunakan sampai sekarang.

4. Kecamatan Selebar Selebar dapat diduga berasal dari nama orang Inggris Shellabear. Nama lengkapnya adalah William Girdlestone Shellabear. W.G. Shellabear dikenal sebagai ahli sastra dan sejarah Melayu. Dia pernah berkeliling di daerah-daerah yang termasuk rumpun bahasa dan sastra Melayu. Bisa jadi, Pakar Sastra dan Sejarah Melayu ini pernah tinggal yang relatif lama di Bengkulu. Hikayat Malim Deman yang menjadi karya terkenal itu, menurut dugaan  saya didokumentasikan oleh Shellabear. Shellabear mendapatkan sumber pendokumentasiannya dari suatu daerah yang kini disebut Kecamatan Malim Deman, sebuah wilayah yang termasuk Kabupaten Muko-muko. Analog dengan asal-usul penamaan sebelumnya, dapat diduga bahwa Kecamatan yang sekarang bernama Selebar berasal dari nama ahli sastra dan sejarah Melayu, William Gridlestone Shellabear. Hal itu bisa jadi berbeda dari pendapat sebelumnya yang menyatakan bahwa Selebar berasal dari nama "Demang Selebar".

5. Kampoeng China Kedatangan suku Bugis ke Bengkulu pada tahun 1688 bukanlah didasari oleh motif ekonomi, melainkan bertujuan untuk meredam perlawanan yang dilancarkan oleh rakyat Bengkulu kepada pemerintah kolonial Inggris yang saat itu telah berkuasa di wilayah Bengkulu. Tidak hanya mendatangkan orang Bugis, pada masa kekuasaannya Inggris juga membawa orang-orang dari luar Indonesia, yaitu bangsa Cina, India, serta para budak Afrika ke Bengkulu. Bahkan orang Cina tersebut telah menetap di Bengkulu dan membuat suatu perkampungan khusus yaitu *Kampung Cina* yang letaknya tidak jauh dari Benteng Marlborough_

6. Pasar Pondok Juadah, Pasar Melintang, Pasar Baru dan Pasar Malabro Sejarah mencatat bahwa beberapa wilayah di Bengkulu pada awal abad ke 17-M merupakan salah satu pusat perdagangan lada, diantaranya adalah wilayah Kerajaan Sungai Silebar dan Kerajaan Sungai Lemau. Hal tersebut,  menyebabkan terdapat pasar-pasar di daerah pesisir yang dijadikan sebagai tempat transaksi jual beli barang. Adapun empat pasar yang ada dihilir Bengkulu adalah Pasar Pondok Tuadah, Pasar Malintang, Pasar Baroo, dan Marlborough (Malabero)._

Perbedaan pendapat dalam penulisan sejarah merupakan suatu keniscayaan mengingat bahwa di dalam ilmu sosial dan humaniora tidak dikenal kebenaran final. Kebenaran dalam ilmu sosial dan humaniora bersifat "open ended" (terbuka). Terbuka di sini maksudnya adalah terbuka untuk diteliti dan ditinjau kembali "kebenarannya". Sekian, terima kasih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: