Iklan RBTV Dalam Berita

Cinta yang Sempurna dari Messi untuk Argentina

Cinta yang Sempurna dari Messi untuk Argentina

Ketua Dewan Kehormatan PWI Provinsi Bengkulu Zacky Antoni--

Tropi Messi di level Timnas memang jauh lebih sedikit. Yakni Tropi Piala Dunia U-20 tahun 2005, emas Olimpiade Beijing 2008. Selebihnya, dia banyak menjadi pecundang. Empat kali gagal di final turnamen major. Tiga kali kalah di final Copa Amerika tahun 2007, 2015 dan 2016. Dan 1 kali kalah di Final Piala Dunia Brazil tahun 2014. 

Kesempatan untuk menyamai, bahkan melebihi capaian Diego Maradona muncul pada Piala Dunia tahun 2014 di Brazil. Ketika itu, Argentina maju ke final berhadapan dengan Jerman. Peluang Argentina juara cukup besar karena Piala Dunia dihelat di tanah Amerika. Tapi sayang, Argentina kalah tipis 0-1. Kesempatan emas itu hilang. Messi pun tertunduk lesu.

BACA JUGA:Jelang Nataru, Pasokan Bahan Pokok Aman namun Harga Naik

Hidup ini adalah bayangan yang berjalan, lanjut Shakespeare. Rentetan kekalahan di level Timnas itu membuat Messi dikejar bayang-bayangnya sendiri. Psikologisnya tertekan. Dia sadar betul, memberi cinta lebih baik dari pada mencari cinta. Usahanya memberi cinta untuk rakyat Argentina tidak berjalan mulus. Bukan cinta setengah-setengah, tapi cinta yang sempurna. 

Satu-satunya cara untuk membuktikan cinta yang sempurna itu adalah mempersembahkan Piala Dunia bagi Argentina. Tidak ada cara lain. Hanya dengan tropi itu, Messi bisa melepaskan diri dari bayang-bayang Maradona. 

Di usia yang tak lagi muda, 35 tahun, Messi terus merawat cintanya itu. Usia 34-35 adalah masa-masa injuri time dalam karir sepakbola. Maradona mempersembahkan bukti cintanya untuk Argentina pada usia 26 tahun ketika meraih Piala Dunia 1986.

BACA JUGA:WOW, Lulusan SMK Bisa Melamar Kerja di KLHK

Tapi Messi membuktikan bahwa cinta bukan soal usia. Justru di penghujung usianya sebagai pesepakbola, rasa cintanya semakin bergairah. Dua tahun terakhir, berturut-turut dia persembahkan bukti cintanya kepada Argentina lewat Tropi Copa America 2021 dan Tropi Finallisima 2022.

Tinggal satu Tropi lagi, bukti cinta Messi betul-betul sempurna. Yaitu Piala Dunia.

Kesempurnaan cinta Messi akhirnya datang pada Minggu malam (18/12). Semua keraguan sirna dalam pentas drama 120 menit final Piala Dunia. Air mata bahagia Messi tumpah setelah melewati laga final yang seru serta mendebarkan. Setidaknya tiga kali momen jantung jutaan pendukung Argentina berdegup kencang ketika Mbappe tiga kali mencetak gol menyamakan kedudukan menjadi 2-2 dan 3-3.

BACA JUGA:Jelang Libur Nataru, Satlantas Polres Kepahiang Bersihkan Jalur Gunung

Mulanya semua berjalan baik bagi Argentina. Tarian Tango menggoyang habis les blues di babak pertama. Keunggulan 2-0 hingga turun minum menegaskan superiornya Argentina selama 45 menit. Prancis bukan saja kalah penguasaan bola, tapi juga tanpa shot on gol. Hingga menit 75, Lionel Messi dkk terus bergoyang tango. Tapi falsafah bola itu bundar berlaku. Killian Mbappe mencetak 2 gol di menit 80 (penalti) dan 81. Pesta pun tertunda. 

Messi membuka harapan lagi lewat di gol di babak ekstra time. Tapi lagi-lagi dibalas penalti Mbappe. Dalam babak tos-tosan, Emiliano Martinez tampil cemerlang menepis satu penendang Prancis. Dan satu lainnya melebar. Hanya dua  penendang Prancis yang sukses. Sementara 4 penendang Argentina semua menunaikan tugas dengan baik. Skor akhir 4-2 untuk Argentina.

BACA JUGA:Ranking Antipiretik

Messi, sekali lagi membuktikan, bukan di bintang-bintang dia meletakkan takdir, tapi di dalam diri dan tim Argentina sendiri. Pesta kemenangan mengiringi takdir itu. Di Buenos Aires, ratusan ribu warga Argentina tumpah ruah. Di berbagai belahan dunia yang lain, fans Messi dan Argentina juga berpesta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: