Abu Nawas Gurunya Para Peramal, Tidak Ada yang Berani

Kisah abu nawas menjadi guru peramal--
"Hai Abu Nawas, apa alasanmu sampai tega memukul dia dan kenapa kau menghancurkan barang-barangnya?" tanya Tuan Hakim.
"Begini Tuan Hakim, awalnya hamba tanya ke dia apakah bisa tahu nasib yang akan terjadi kepada dirinya sendiri. Dia kan ngakunya peramal dan bilang katanya tahu, tapi saat hamba pukul pakai tongkat, dia tidak menghindar. Tuan Hakim pasti menghindar kan apabila tahu ada orang yang akan memukul. Jadi yang salah siapa? Dia yang pembohong atau hamba yang memukul?" cerita Abu Nawas.
BACA JUGA:Berbekal Pelatihan Kemandirian, Klien Bapas Bengkulu Ini Sukses Rintis Usaha Bengkel Las Listrik
"Lalu saat hamba hancurkan barang-barangnya ternyata dia juga tidak tahu, Tuan Hakim. Kalau dia tahu pasti sebelum hamba datang sudah mengamankan barang-barangnya, ditaruh di dalam kamar. Katanya bisa meramal masa depan, sedangkan masa depan dirinya sendiri saja tidak tahu, berarti dia pembohong," jelasnya.
"Ada benarnya apa yang dikatakan Abu Nawas. Kalau kau memang mengaku peramal harusnya tahu apa yang akan terjadi kepadamu," ucap Tuan Hakim kepada si peramal palsu.
Akhirnya Abu Nawas dibebaskan dari tuntutan hukuman. Sementara orang yang mengaku sakti itu menjadi kapok. Dia tidak berani membuka praktik ramalannya.
Cara Bayar Nazar Kambing Ala Abu Nawas
Kisah Abu Nawas kali ini diawali dari saudagar kaya raya bernama Abdul Hamid. Di usia pernikahannya yang sudah mencapai 5 tahun, Hamid dan istri belum juga dikarunia anak.
Seusai Sholat Ashar, Hamid bernazar di dalam masjid. "Ya Allah, jika engkau mengaruniai aku seorang anak, maka akan kusembelih seekor kambing yang memiliki tanduk sebesar jengkal manusia," ucapnya
Nazar yang disampaikan Hamid tidak mudah, bahkan sulit, karena di zamannya sangat jarang terdapat kambing bertanduk sebesar jengkal manusia atau sangat besar itu.
Dengan kehendak Allah Subhanahu wa ta'ala, doa Hamid terkabul. Ia dan istri bahagia bukan kepalang. Singkat cerita, bayinya pun telah lahir.
Hamid segera mengadakan sayembara kambing dengan tanduk sebesar yang diinginkannya itu.
Hari berganti hari, Hamid dan istrinya tidak juga mendapatkan kambing yang dimaksud.
Akhirnya ia mengirim utusan bernama Shabur untuk meminta tolong kepada Abu Nawas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: