Iklan dempo dalam berita

Manakah yang Lebih Penting, Puasa Sunnah atau Melayani Permintaan Suami Berhubungan?

Manakah yang Lebih Penting, Puasa Sunnah atau Melayani Permintaan Suami Berhubungan?

Mana yang lebih penting, puasa sunnah atau melayani permintaan suami untuk berhubungan?--

NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Manakah yang lebih penting, puasa sunnah atau melayani permintaan suami berhubungan?

Suami adalah pemimpin bagi istri dan anak-anaknya. Allah memberi keutamaan yang besar bagi laki-laki daripada wanita, karena suami berkewajiban untuk memberi nafkah kepada keluarganya.

Suami mempunyai hak atas istrinya yang senantiasa dipelihara. Begitupun sebaliknya. Bagi keduanya, hak dan kewajiban mesti ditaati dan ditunaikan dengan baik. 

BACA JUGA:Sangat Dilarang Dalam Islam! Ini Penjelasan Kenapa Babi dan Anjing Menjadi Haram

Masing-masing suami dan istri memiliki hak dan kewajiban dalam menjalani bahtera rumah tangga. Meskipun suami memiliki kelebihan terhadap istrinya.

Kewajiban istri yang dimaksud itu tak terkecuali dalam hal berhubungan suami istri, istri harus patuh dan taat kepada suami.

Sebagaimana sabda Nabi yang mengatakan bahwa jika istri menolak ajakan suaminya untuk berhubungan dengan tanpa uzur maka ia akan dilaknat oleh malaikat hingga subuh.

Begitu juga saat istri akan melakukan ibadah puasa sunah, seyogyanya si istri meminta izin kepada suaminya. Karena dikhawatirkan jika istri melaksanakan puasa sunah maka kewajibannya sebagai istri akan terbengkalai.

BACA JUGA:Mana yang Harus Didahulukan, Melayani Permintaan Suami Berhubungan atau Mengerjakan Sholat?

Terlepas dari statusnya sebagai istri, dalam ajaran Islam bagi siapa saja yang telah berniat melakukan puasa sunnah, maka sebaiknya ia menyempurnakan puasanya.

Tetapi, ia juga boleh membatalkan puasa sunah. Sebab dalam masalah puasa sunah, ia bisa mengatur dirinya. Berdasarkan dalil di bawah ini:

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ: دَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ هَلْ عِنْدَكُمْ شَىْءٌ. فَقُلْنَا لاَ. قَالَ فَإِنِّى إِذًا صَائِمٌ. ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أُهْدِىَ لَنَا حَيْسٌ. فَقَالَ أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا. فَأَكَلَ

“Aisyah berkata: Rasulullah bertanya kepadaku: apakah kamu memiliki sesuatu (makanan)? Aku menjawab: tidak ada apa-apa. Beliau bersabda: kalau begitu aku akan melanjutkan puasaku. Lalu beliau keluar. Kemudian kami diberi hadiah, atau seseorang berziarah kepadaku (dengan membawa hadiah). Tatkala Rasulullah pulang, aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, kami diberi hadiah atau ada seseorang yang berziarah kepadaku, dan aku telah menyisakan buatmu. Kemudian beliau bertanya: ‘Apa itu?’ Aku berkata: ‘Haisun’ (sejenis makanan dari kurma, minyak samin dan tepung) beliau berkata: ‘Bawalah kemari, lalu aku menghidangkannya. Kemudian Beliau memakannya dan berkata: ‘Sungguh aku tadi telah berniat untuk puasa.” (HR Muslim, Nasa’i dan lainnya)

BACA JUGA:Di Kalimantan Tengah Ada Desa Emas, Punya Cadangan Harta Karun 40 Juta Ton Emas, Ini Titik Lokasinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: