Cantik dan Disukai Banyak Orang, Tarnyata Burung Cendet atau Pentet Memiliki Kisah Menarik, Begini Sejarahnya
Ciri dan sejarah Burung Cendet atau Pentet--
NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Cantik dan disukai banyak orang, tarnyata burung cendet atau pentet memiliki kisah menarik, begini sejarahnya.
Bagi pecinta burung, tentunya sudah tidak asing lagi dengan burung cendet. Burung ini merupakan salah satu burung peliharaan yang banyak digemari oleh pecinta burung.
Burung Cendet adalah salah satu jenis burung pemangsa. Meskipun termasuk burung pemangsa, burung jenis ini memiliki suara yang sangat unik. Karena itu burung ini sering dijadikan bahan untuk isian burung kicau lain.
BACA JUGA:Sudah Banyak Diambil, Cadangan Harta Karun Emas di Mimika Papua Tengah Masih Banyak, Ini Lokasinya
Cendet ini termasuk dalam spesies L. schach. Ada berbagai jenis burung cendet ini dan tersebar di seluruh dunia.
Secara morfologi, burung cendet ini mempunyai panjang 20-25cm. Sayapnya bulat dan pendek dengan 10 batang sayap luar primer dan 12 bulu ekor bulat.
Burung cendet ini memiliki ciri khusus pada bagian ekornya.
Ekor burung cendet ini relatif panjang. Saat sedang berkicau, ekornya ini akan ikut meliuk. Warna bulunya berbeda setiap usianya. Cendet dewasa berwarna hitam. Cendet remaja warna bulunya lebih suram dan memiliki garis di bagian punggung dan sisi tubuh.
Sejarah Burung Cendet, atau yang sering dikenal dengan nama burung pentet, mengisahkan tentang kehidupannya yang dulunya begitu melimpah di daerah Madura, khususnya di Sumenep, yang terkenal dengan suara khasnya yang kristal.
Pentet, Bentet, atau, Cendet adalah sekelompok burung pengicau (ordo Passeriformes) dalam keluarga Laniidae. Keluarga burung ini terdiri dari 34 spesies dalam dua genus.
Nama keluarga dan genus terbesarnya yakni Lanius, berasal dari kata Latin untuk "tukang jagal", dan beberapa diantaranya juga dikenal sebagai burung jagal karena kebiasaannya, terutama burung jantan yang menusukan mangsanya ke duri tanaman dalam wilayahnya.
Namun, ironisnya, keberadaannya telah terancam punah sejak tahun 1999 karena praktik penangkapan induk secara besar-besaran. Saat ini, di Sumenep, hanya tersisa dua kecamatan yang masih memiliki populasi cendet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: