Iklan RBTV Dalam Berita

Begini Asal Usul Suku Baduy yang Masih Menolak Teknologi dan Bertahan dengan Gaya Hidup Zaman Nenek Moyang

Begini Asal Usul Suku Baduy yang Masih Menolak Teknologi dan Bertahan dengan Gaya Hidup Zaman Nenek Moyang

Asal Usul Suku Baduy yang Masih Menolak Teknologi--

Sementara para perempuan Baduy memiliki keahlian menenun dengan tenun halus untuk pakaian dan tenun kasar untuk ikat kepala serta ikat pinggang.

Untuk membawa peralatan sehari-hari, Suku Baduy juga membuat tas yang terbuat dari kulit pohon terep yang bernama koja atau jarog. 

Dalam tatanan masyarakatnya, pemimpin Suku Baduy disebut Pu’un, asisten pemimpin Suku Baduy disebut Jaro, dan pemimpin adat disebut Kejeroan. 

BACA JUGA:Cerita Asal Usul Suku Pekal Kabupaten Bengkulu Utara, Tradisi dan Budaya Dipengaruhi 2 Budaya

Selain itu, masyarakat Suku Baduy sendiri dikenal memiliki kepercayaan Sunda Wiwitan. Tempat sembahyang umat Sunda Wiwitan adalah pamunjungan atau kabuyutan, yaitu tempat punden berundak yang biasanya terletak di bukit.

Sementara itu, masyarakat Suku Baduy menganut agama Sunda Wiwitan. Memuja arwah nenek moyang (animisme) yang dipengaruhi oleh agama hindu kuno. 

BACA JUGA:Mengulik Asal Usul Suku Kaur, Tidak Boleh Menikah Semerge

Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Baduy adalah arca Domas yang dianggap sebagai leluhur mereka. Arca sakral tersebut dipuja setahun sekali di tempat yang misterius dan dirahasiakan lokasinya. 

Orang Baduy berziarah ke Arca Domas di bulan kelima. Namun, hanya puun (kedua adat) dan beberapa anggota masyarakat terpilih saja yang termasuk ke dalam rombongan pemujaan tersebut.

BACA JUGA:Menyebar di Kawasan Bengkulu Selatan, Begini Asal Usul Suku Serawai, Tradisi Perkenalan Bujang Gadis

Masyarakat Baduy percaya bahwa jika arwah nenek moyang dihormati, dapat memberikan kekuatan lahir dan batin kepada keturunannya. Oleh sebab itu, pemujaan terhadap nenek moyang atau Arca Domas adalah peristiwa yang sakral.

Inti dari kepercayaan itu ialah pikukuh (ketentuan adat) yang mutlak dianut dalam kehidupan sehari–hari. Konsepnya adalah “Lojor heunteu menang dipotong, pèndèk heunteu menang disambung, kurang henteu menang ditambah, leuwih henteu menang dikurang”. 

BACA JUGA:Sejarah Kerajaan di Bengkulu hingga Terbentuknya Aksara Suku Rejang, Ada Sejak Kapan?

Artinya, “yang panjang tidak boleh dipotong, yang pendek tidak boleh disambung, yang kurang tak boleh ditambah, yang lebih tak boleh dikurangi”.            

Ketika salah satu masyarakat Baduy meninggal dunia, maka akan digelar perayaan bernama kapa paitan atau kapa pancenan. Perempuan Suku Baduy akan berkumpul di satu tempat untuk saling bergotong royong membantu keluarga yang ditinggalkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: