Kisah Kelam Raja Jawa, Habisi 6 Ribu Ulama dan Keluarganya di Mataram
Kisah Kelam Raja Jawa, Habisi 6 Ribu Ulama dan Keluarganya di Mataram--Foto: ist
Pemberontakan yang dipimpin oleh Raden Mas Alit, yang bertepatan dengan perpindahan ibu kota Mataram ke Plered, akhirnya gagal.
Namun, kegagalan ini tidak menghentikan Raja Jawa Amangkurat I untuk menuduh para ulama sebagai dalang di balik pemberontakan tersebut.
Tuduhan inilah yang menjadi alasan di balik pembantaian massal yang dilakukan oleh Raja Jawa Amangkurat I.
Setelah ayahnya, Sultan Agung, wafat, Raja Jawa Amangkurat I memerintahkan Tumenggung Wiraguna untuk mengeksekusi para ulama beserta keluarga mereka.
BACA JUGA:Bahlil Sebut Raja Jawa Saat Pidato di Munas Golkar, Begini Respon Instana Kepresidenan
Sebanyak 6.000 ulama tewas dalam peristiwa ini, dan Amangkurat I menyaksikan pembantaian tersebut dengan penuh kemarahan.
Para petinggi kerajaan pun tidak berani menatap langsung sang raja yang menuduh ulama bersekongkol dengan Raden Mas Alit.
Tindakan Amangkurat I ini mendapatkan banyak kritik karena dianggap tidak mewarisi kebijaksanaan ayahnya, Sultan Agung, yang selalu menjaga keseimbangan dalam berpolitik.
Sebaliknya, Raja Jawa Amangkurat I lebih mementingkan kesenangan pribadinya, yang akhirnya membuat dirinya dijauhi oleh para tumenggung dan pemuka agama lainnya.
Kekuasaannya mulai goyah seiring dengan meningkatnya kekuatan ekonomi VOC di Tanah Jawa.
Pada tahun 1677, Raja Jawa Amangkurat I mengalami serangan dari Pangeran Trunajaya, seorang bangsawan asal Madura.
Serangan tersebut memaksa Amangkurat I melarikan diri dari Mataram dan mencari perlindungan ke VOC.
Raja Jawa Amangkurat I wafat di pengasingan dan dimakamkan di Tegal.
BACA JUGA:Bahlil Wanti Kadernya Agar Tidak Main-main dengan Raja Jawa, Siapa yang Dimaksud?
Ia dimakankam jauh dari makam para raja-raja di Imogiri, yang menjadi tempat peristirahatan terakhir para leluhur Kerajaan Mataram.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: