Iklan dempo dalam berita

Traktat London, Ini Goresan Cerita Bengkulu dan Singapura

Traktat London, Ini Goresan Cerita Bengkulu dan Singapura

Traktat london menjadi bagian sejarah provinsi bengkulu--

NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COMProvinsi Bengkulu saat ini bersiap mengenang dua abad Traktat London. Rencananya peringatan dikemas event Tour de Bencoolen pada April 2024.

Lantas ap aitu Traktat London? Apa pula hubungan Bengkulu dengan Singapura yang disebut dalam perjanjian Britania dan Belanda itu? Berikut ulasannya. 

Kehadiran Inggris di Bengkulu berlangsung selama 140 tahun, yaitu dari tahun 1685 sampai dengan bulan Maret 1825, ketika seluruh kekuatan Inggris meninggalkan Bengkulu. 

BACA JUGA:Pengakuan Jujur Valentino Rossi, Tiga Pembalap Ini Paling Sulit Dikalahkan, Ada Nama Marquez?

Berakhirnya kehadiran Inggris di Bengkulu adalah disebabkan adanya perjanjian antara Raja Inggris dan Raja Belanda, yang ditandatangani pada tanggal 17 Maret 1824. 

Perjanjian ini oleh pihak Inggris disebut The Anglo-Dutch Treaty of 1824, sedangkan pihak Belanda menyebutnya sebagai Traktat London. Perjanjian ini mengatur pertukaran kekuasaan Inggris di Bengkulu dengan kekuasaan Belanda di Malaka dan Singapura (Singapura pada masa itu merupakan bagian dari Kerajaan Malaka).

BACA JUGA:Syarat Usia Maksimal 54 Tahun, Pinjam Non KUR BRI Cair Rp 25 Juta Bunga 1,24 Persen per Bulan

Dikutip dari Wikipedia, pada tanggal 17 Maret 1824, di London, antara Kerajaan Britania Raya dan Kerajaan Belanda menandatangani Perjanjian Britania-Belanda 1824, yang juga dikenal dengan Perjanjian London atau Traktat London (Treaty of London). Perjanjian ini ditujukan untuk mengatasi konflik yang mulai muncul yang diakibatkan oleh Perjanjian Britania-Belanda 1814. 

Penyebabnya diadakannya Traktat London. Pada tahun 1811, Sir Thomas Stamford Raffles yang telah dilantik menjadi gubernur di koloni Inggris di Bengkulu (Bencoolen), Sumatra, masih meyakini bahwa Inggris perlu mencari cara untuk menjadi penguasa dominan di Asia. Salah satunya dengan membangun sebuah pelabuhan baru di Selat Malaka. 

Pelabuhan Inggris yang sudah ada, seperti Pulau Pinang terlalu jauh dari Selat Malaka, sedangkan Bengkulu menghadap ke Samudra Hindia dan Selat Sunda. 

BACA JUGA:Pinjaman Rp25 Juta di BPJS Ketenagakerjaan, Ini 13 Langkah Mudah Pengajuan Secara Online

Raffles kemudian berhasil meyakinkan East India Company (EIC) untuk mencari pelabuhan baru, dan salah satu yang dilirik adalah Pulau Temasek (sekarang disebut Singapura).

Raffles tiba di Temasek pada 29 Januari 1819. Dia menemukan sebuah perkampungan Melayu kecil di muara Sungai Singapura yang diketuai oleh seorang Tumenggung dari Kesultanan Johor. Pulau itu dikelola oleh Kesultanan Johor tetapi keadaan politiknya tidak stabil. 

Pewaris Sultan Johor, Tengku Abdul Rahman dikuasai oleh Belanda dan Bugis. Raffles kemudian mengetahui bahwa Tengku Abdul Rahman menjadi sultan hanya karena saudaranya, yaitu Tengku Hussein tidak berada di tempat sewaktu ayahnya meninggal dunia. Menurut adat Melayu, calon sultan perlu berada di sisi sultan sekiranya ingin dilantik menjadi sultan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: