Yakin Aman? Ini Risiko Galbay TikTok PayLater yang Perlu Diketahui
Risiko Galbay TikTok PayLater--
NASIONAL, RBTVDISWAY.ID - Layanan paylater atau yang biasa disebut dengan istilah beli sekarang bayar nanti semakin populer di Indonesia, termasuk salah satunya TikTok PayLater.
TikTok PayLater kini semakin digandrungi, terutama di kalangan pengguna TikTok Shop yang ingin menikmati kemudahan "beli sekarang, bayar nanti."
BACA JUGA:Jaga Iklim Investasi, Bupati Seluma Teddy Rahman Resmikan Pabrik CPO PT. MSS
Serbenarnya, tidak hanya di Indonesia, layanan Paylater juga hadir di beberapa negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, salah satunya Malaysia dan Singapura.
Namun, di tengah popularitasnya, mulai muncul kekhawatiran, benarkah layanan ini memiliki debt collector (DC) lapangan yang akan datang menagih langsung ke rumah?
BACA JUGA:Mobil Bekas Harga Rp50 Juta yang Cocok untuk Pria Maskulin, Pajaknya Murah
Rasa penasaran ini dijawab oleh pemilik kanal YouTube @Inspirasi Pagi. Dalam unggahan videonya, ia menjelaskan bahwa TikTok PayLater adalah layanan dari aplikasi TikTok, yang juga bekerja sama dengan pihak ketiga, seperti Indodana dan Kredivo untuk menyediakan layanan pembayaran secara cicilan. Tapi, bagaimana dengan isu DC lapangan?
“Jadi bro, kalau ada yang ngaku-ngaku dari TikTok PayLater dan mau datang ke rumah, itu fix 100% ngibul,” tegas pemilik kanal tersebut.
Dengan kata lain, TikTok PayLater tidak memiliki DC lapangan. Namun, bukan berarti pengguna bisa santai jika mengalami gagal bayar (galbay). Risiko galbay tetap tinggi dan berdampak serius.
Risiko Galbay TikTok Paylater
Salah satu risiko paling nyata adalah pencatatan nama pengguna dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan atau SLIK OJK.
Jika tercatat memiliki riwayat galbay, pengguna akan kesulitan mendapatkan akses pinjaman dari lembaga keuangan resmi, termasuk bank. Bahkan untuk pengajuan cicilan sederhana seperti pembelian HP pun bisa langsung ditolak.
BACA JUGA:Mobil Bekas Harga Rp50 Juta yang Cocok untuk Pria Maskulin, Pajaknya Murah
Lebih parahnya lagi, catatan buruk ini bisa bertahan bertahun-tahun, meskipun pengguna sudah tidak lagi memakai layanan tersebut.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


