Iklan RBTV

Mengenal Sukitman, Polisi yang Lolos dari Maut dan Jadi Saksi Hidup G30S PKI

Mengenal Sukitman, Polisi yang Lolos dari Maut dan Jadi Saksi Hidup G30S PKI

Mengenal Sukitman--

NASIONAL, RBTV.DISWAY.ID - Tragedi G30S menjadi sejarah kelam bagi bangsa Indonesia.
Sukitman, merupakan sosok terlibat secara tidak sengaja dan saksi hidup dalam peristiwa Gerakan 30 September (G30S) atau G30S PKI di Jakarta.

Sukitman lahir di Cimanggu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pada 1943. Di usia 18 tahun, ia lulus seleksi masuk Sekolah Polisi Negara di Kramat Jati, Jakarta Timur. 

BACA JUGA:Rekrutmen PA PK TNI 2025 Masih Dibuka, Maksimal Usia 28 Tahun

Pada 1963, Sukitman menyelesaikan pendidikannya dan dilantik menjadi Agen Polisi Tingkat II. Ia kemudian memulai karier di Markas Polisi Seksi VIII Kebayoran, Jakarta. 

Sukitman merupakan seorang polisi muda yang juga sempat ikut diculik dan dibawa ke Lubang Buaya di Cipayung, Jakarta Timur, bersama para jenderal Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang dibunuh. 

Selain sebagai saksi hidup, Sukitman juga berperan dalam penemuan sumur tua yang menjadi lokasi pembuangan tujuh jenazah anggota TNI AD korban G30S, di Lubang Buaya.

Lantas, mengapa Sukitman tidak terbunuh bersamaan dengan tujuh anggota TNI AD yang menjadi korban tersebut?

BACA JUGA:Xiaomi Redmi 15C 5G Hadir dengan Mengusung Chipset Dimensity 6300 dan Baterai Berkapasitas 6000 mAh

Pada 1 Oktober 1965 dini hari, Sukitman sedang berpatroli di Jalan Iskandarsyah, Jakarta Pusat, dekat kediaman Mayjen DI Pandjaitan, salah satu target penculikan G30S. 

Karena mendengar suara tembakan, Sukitman mendekat ke arah sumber suara. Namun nahas baginya, ia justru ikut diadang oleh Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa yang terafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan menjadi bagian G30S. 

Sukitman turut diangkut bersama Mayjen DI Pandjaitan ke Lubang Buaya, dalam keadaan mata tertutup dan tangan terikat. 

BACA JUGA:Pengerukan Alur Pelabuhan Pulau Baai, Flexible Hose Kapal Keruk Pecah, Pasir Kembali ke Laut

Peristiwa inilah yang menjadikan Sukitman sebagai salah satu saksi hidup peristiwa penculikan dan pembunuhan terhadap tujuh perwira TNI AD. Namun tentu saja jika keberadaan Sukitman kala itu dapat menjadi ancaman bagi para pelaku G30S. 

Oleh karena itu, Sukitman sebenarnya juga hendak dibunuh di Lubang Buaya, tetapi dicegah oleh Ishak Bahar yang merupakan seorang Sersan Mayor dari Batalion Cakrabirawa dan ditugaskan untuk menjaga Lubang Buaya oleh Letkol Untung, pemimpin Batalion I Cakrabirawa. 

Ketika para pasukan Cakrabirawa sibuk mengurusi jenazah jenderal TNI AD, Ishak meminta Sukitman untuk bersembunyi di dalam mobil jip agar tidak ditembak. Karena itulah, Sukitman bisa selamat dan lolos dari eksekusi di Lubang Buaya. 

Setelah lolos dari maut karena tertidur pulas di dalam mobil jip, Sukitman dibawa ke Cijantung untuk dilaporkan ke Sarwo Edhie, Komandan RPKAD. 

BACA JUGA:Rekrutmen PA PK TNI 2025 Masih Dibuka, Maksimal Usia 28 Tahun

Setelah diyakinkan Sarwo Edhie, Sukitman membeberkan pengalamannya di Lubang Buaya. Dan Berdasarkan petunjuk Sukitman itulah, sumur tua yang menjadi tempat pembuangan tujuh perwira TNI AD korban G30S ditemukan pada 3 Oktober 1965. 

Berkat jasanya, akhirnya Sukitman mendapatkan kenaikan pangkat dari sebelumnya Ajun Komisaris Polisi (AKP) menjadi Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP).

Ia bertugas di Polri sejak 1963 hingga pensiun pada 1998. Sukitman meninggal pada 2007 dalam usia 64 tahun, di Depok, Jawa Barat.

BACA JUGA:Rekrutmen PA PK TNI 2025 Masih Dibuka, Maksimal Usia 28 Tahun

Putri Nurhidayati

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: