Ternyata Ini Asal-Usul dan Keistimewaan Tradisi Bubur Suro di Indonesia
Asal usul bubur suro--
Menurut riwayat yang dikutip dari kitab Yanabi'ul Mawaddah dan Nihayatuz Zain, ketika kapal Nabi Nuh berlabuh di Gunung judi pda 10 Muharram setelah banjir besar selama 40 hari, para penumpang merasa lapar karena perbekalan mereka hampir habis.
Lalu, Nabi Nuh memerintahkan pengikutnya untuk mengumpulkan sisa-sisa makanan yang ada. Mereka membawa segenggam biji gandum, adas, kacang hijau, beras, hingga biji jagung.
Semua bahan tersebut kemudian dimasak menjadi satu bubur yang dimakan bersama sebagai ungkapan rasa syukur karena selamat dari bencana.
Tradisi inilah yang diyakini sebagai cikal bakal munculnya Tradisi bubur suro yang kemudian diteruskan secara kultural oleh msyarakat muslim, khususnya di Nusantara.
BACA JUGA:Begini Cara Pinjam Uang di OVO Langsung Cair Tanpa KTP, Gampang Banget dan Bisa ke Saldo DANA!
Bubur Suro sebagai Simbol Sedekah dan Rasa Syukur
Dalam masyarakat Jawa, bubur suro bukan sekadar makanan. Ia menjadi simbol spiritual dan sosial. Bubur ini sering dibagikan kepada tetangga, sanak keluarga, dan msyarakat sekitar sebagai bentuk sedekah, doa keselamatan, dan harapan akan tahun baru yang lebih baik.
Tradisi ini mempererat hubungan sosial dan menyemai nilai-nilai kebaikan seperti empati dan gotong royong.
Bahkan dalam hadits disebutkan, “Barangsiapa yang memberi nafkah lebih kepada keluarganya di hari Asyura, maka Allah akan memberinya kelapangan rezeki sepanjang tahun.” (HR. At-Thabrani dan Al-Baihaqi).
Dari hadits ini, bisa kita pahami bahwa berbagi di bulan Muharram adalah bagian dari sunah yang membawa keberkahan.
BACA JUGA:Pinjaman Rp 25 Juta Tanpa Jaminan Langsung Cair, Pengajuan Secara Online dan Syarat KTP
Warisan yang Tak Tergilas Zaman
Meskipun zaman semakin modern, tradisi bubur suro tetap lestari dan tidak pudar dimakan waktu. Justru kini tradisi ini menjadi ciri khas budaya Islam Indonesia yang tidak hanya menyejukkan perut, tetapi juga memperkuat spiritualitas umat.
Banyak masyarakat yang masih menjaga tradisi ini karena menyadari bahwa bubur suro adalah warisan budaya sekaligus wasilah (perantara) untuk bersyukur kepada Sang Pencipta.
Tradisi bubur suro memang lebih dari sekadar sajian khas. Ia adalah pengingat sejarah, media bersyukur, dan simbol persatuan masyarakat.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


