BACA JUGA:Sunan Kalijaga, Menjadi Dalang dengan Meminta Bayaran Dua Kalimat Syahadat
“Wali-wali Allah terbagi menjadi beberapa bagian, di antaranya (1) wali Qutub, yaitu pemimpin para wali yang hanya ada satu dalam setiap masa; (2) wali A’immah, yaitu pembantu wali qutub dan menggantikan kedudukannya jika sudah meninggal; (3) wali Autad, yaitu kekasih Allah yang berjumlah 4 orang, dan berada di empat penjuru mata angina dengan pusat di Ka’bah; (4) wali Abdal, yaitu kekasih Allah yang berjumlah 7 orang, jika salah satunya meninggal maka akan diganti yang lain; (5) wali Nuqaba, yaitu wali penjaga hukum syariat; (6) wali Nujaba, yaitu wali yang berjumlah delapan dalam setiap masanya; (7) wali Hawariyyun, yaitu wali yang pembela kebenaran, baik pembelaan dengan bentuk argumentasi maupun senjata; (8) wali Rajabiyyun, yaitu wali yang karamahnya tampak di setiap bulan Rajab; dan (9) wali Khatam, yaitu wali yang menguasai dan mengurus wilayah kekuasaan umat Islam.” (Syekh Abul Qasim, Khal’un Na’lain wa Iqtibasun Nur min Maudhi’il Qadamain, [Beirut, DKI: tt] halaman 32).
Selain sembilan status wali seorang hamba, masih banyak lagi wali-wali Allah yang tidak menampakkan dirinya, bahkan keberadaan para wali sama halanya dengan banyaknya para nabi yang tidak diketahui jumlahnya.
BACA JUGA:Sunan Gresik, Sosok yang Pertama Menyebarkan Islam di Tanah Jawa, Berdakwa Melalui Pengobatan
Berkaitan dengan hal ini, Syekh Hasan al-Adwa al-Hamzawi dalam kitabnya mengatakan:
وَاعْلَمْ أَنَّ أَحْوَالَ الْأَوْلِيَاءِ رَضِيَ الله عَنْهُمْ وَعَدَدَهُمْ وَمَرَاتِبَهُمْ كَالْأَنْبِيَاءِ لَايُحْصِيْهَا وَلا يَعْلَمُهَا اِلَّا الله
Artinya, “Ketahuilah, bahwa sungguh keberadaan wali-wali Allah (semoga Allah ridha kepada mereka), jumlah, dan derajatnya seperti para nabi, yaitu tidak terhitung (jumlahnya) dan tidak ada yang tahu (keberadaannya) kecuali Allah.” (Syekh Hasan, an-Nafahat asy-Syadziliyah fi Syarhi al-Burdah al-Bushiriyah, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: tt], juz I, halaman 265).
Kendati demikian, keberadaan para wali Allah di muka bumi dengan derajat yang berbeda-beda banyak yang tidak diketahui oleh manusia, karena mereka cenderung mastur (tidak menampakkan) status kewaliannya. Lantas, apa hikmah di balik tidak ditampakkannya status kewalian? Simak penjelasan di bawah ini.
BACA JUGA:Begini Penyebab dan Cara Mengatasi Atap Rumah yang Bocor
Imam Zainuddin Muhammad Abdurrauf al-Manawi (wafat 1031 H) dalam kitabnya mengutip pendapat beberapa ulama yang menjelaskan perihal hikmah dirahasiakannya status kewalian seseorang.