Jumlah itu mewakili 95 persen dari total penyimpanan air danau di dunia. Tim peneliti menggabungkan pengamatan dari berbagai satelit dan pemodelan selama tiga dekade terakhir.
Dari situ, bisa dihitung data akurat dan dihubungkan dengan tren penyimpanan air danau secara global.
BACA JUGA:Dihantam El Nino 6 Bulan, Ini Daftar Bahaya Kemarau Kering di Indonesia
Sebagai informasi, danau dan waduk air tawar menyimpan 87% air di planet ini, menjadikannya sebagai sumber daya berharga bagi manusia dan ekosistem Bumi.
Tidak seperti sungai, danau tidak terpantau dengan baik sebab letaknya secara umum lebih jauh dari tengah kota. Namun, danau menyediakan air untuk sebagian besar umat manusia, bahkan lebih dari sungai.
"Kami memiliki informasi yang cukup lengkap tentang danau ikonik seperti Laut Kaspia, Laut Aral, dan Laut Salton. Tetapi dalam skala global, diperlukan perkiraan tingkat dan volume danau yang lebih masif," kata Balaji Rajagopalan, profesor teknik di CU Boulder.
"Dengan metode baru ini, kami dapat memberikan wawasan tentang perubahan level danau global dengan perspektif yang lebih luas." ia melanjutkan.
Dalam makalah terbarunya, tim peneliti menggunakan 250.000 gambar dari area danau yang ditangkap oleh satelit antara 1992-2020 untuk mensurvei area 1.972 danau terbesar di Bumi.
Hasilnya, 53 persen danau di dunia mengalami penurunan penyimpanan air. Penulis membandingkan kehilangan ini setara dengan 17 kali Danau Meads, yakni waduk terbesar di Amerika Serikat.
Untuk menjelaskan tren danau alami, tim peneliti memanfaatkan kemajuan terbaru dalam penggunaan air dan pemodelan iklim.
Perubahan iklim dan konsumsi air manusia mendominasi penurunan volume danau alam secara global. Sekitar 100 danau besar kehilangan air.
“Banyak jejak manusia dan perubahan iklim yang berdampak pada hilangnya air danau. Seperti Danau Good-e-Zareh di Afghanistan dan Danau Mar Chiquita di Argentina yang telah mengering," kata tim peneliti.
87 Persen Air Baku Dunia