"Itu cerminan hati saya," ujar Putri lantas tertawa renyah.
Putri juga menciptakan lagu untuk tanah air. Judulnya: Indonesia Permata Indah Dunia. "Itu sebagai wujud betapa cinta saya pada Indonesia," katanyi.
Ismawan mengaku tidak bekerja apa pun sekarang ini kecuali untuk anak-anaknya itu. Pun istrinya.
Mawan pernah lama berbisnis: menjadi pemasok oksigen di Riau. Itu untuk meneruskan usaha mertuanya di sana. Ada perusahaan minyak Amerika, Chevron, yang perlu oksigen.
Waktu itu sang istri juga ikut pulang ke Riau. Membuka restoran khas Riau: Tapak Delapan. Masakan Melayu: pucuk labu, daun ketela, kepala ikan berkuah...
Semua itu juga ditinggalkan ke Yogyakarta. Padahal sudah berkembang ke tiga kota.
Putri lahir di sana: Bangkinang. Dekat ladang minyak Chevron. Sekolah SD pun di SD Cendana di lingkungan Chevron.
Apakah karena itu bahasa Inggris Putri begitu baik?
"Sejak mereka kecil, di rumah, kami selalu berbicara dengan anak-anak dalam bahasa Inggris," ujar Ismawan.
Mawan sudah biasa bekerja dengan perusahaan asing. Ia tahu mana yang boleh dan tidak boleh. Kontrak adalah kontrak. Ia kini terikat kontrak itu.
Bagaimana Putri bisa membaca Alquran?
"Awalnya belajar pakai Quran Braille. Belakangan lebih senang belajar dari murotal," ujar Putri.
Pun dalam membaca dan menulis. Kini Putri mengandalkan handphone. Dia bisa menggunakan HP secepat kita pada umumnya. "Menulis pakai Braille kurang praktis lagi. Boros kertas dan tulisan mudah hilang (terhapus)," kata Putri. Menyalin satu halaman tulisan tangan bisa menghabiskan tiga halaman dengan Braille.
Betapa cerdas Putri. Cita-citanyi pun begitu tinggi: meraih Grammy Award, penghargaan musik tertinggi di Amerika.
Dan sekolah musik seperti The Juilliard School of Music telah menghasilkan lebih dari 300 pemenang Grammy dan Tony Award.
"Siapa yang lebih pintar menyanyi? Papa atau mama?" tanya saya.