Putri masih akan terus sekolah musik. Keinginannyi begitu kuat untuk kelak bisa masuk ke The Juilliard School di New York. Itu sekolah musik terbaik di dunia. Tentu persaingan untuk masuk ke sana juga seperti masuk ke lubang jarum.
BACA JUGA:Fatimah Putri Rasulullah Ditolak Bertamu oleh Wanita yang Dijanjikan Masuk Surga
Sekolah musik itu sudah berumur 117 tahun. Mahasiswanya, yang dari Asia hanya 11 persen –itu pun didominasi Jepang dan Tiongkok. Bahkan Tiongkok sendiri sudah membuka cabang Juilliard. Di kota –ehm– Tianjin.
Kampus Juilliard School New York berada di pusat kota. Di Lincoln Center, hanya satu blok dari Central Park. Atau 12 blok dari Broadway –pusat teater di New York.
Saya pun menghubungi maestro piano Indonesia: Jaya Suprana. Apakah pernah ada anak Indonesia yang sekolah di sana?
"Ada. Setahu saya, setidaknya dua orang," ujar Jaya Suprana. Mereka adalah Jahja Ling dan Nial Djuliarso. Dua-duanya asal Jakarta.
BACA JUGA:38 Anak di Bengkulu Ajukan Dispensasi Kawin, Ini Penyebab dan Rincian Biayanya
Kini Jahja Ling tinggal di Amerika. Dia menjadi musisi terkenal. Ling jadi dirigen San Diego Simfoni Orchestra. Nial jadi jazz pianist di New York.
Putri belum pernah ke New York. Bahkan baru sekali kemarin itu ke Amerika. Itu pun hanya di Los Angeles. Lebih tepatnya hanya ke Pasadena –satu distrik terkenal di Los Angeles. Tentu putri sudah sering diajak keluarga ke luar negeri tapi masih sebatas di kota-kota Asia.
Sepuluh hari di Pasadena, Putri sibuk dengan persiapan tampil di America's Got Talent. Tekad Putri untuk sukses mengalahkan rasa tidak enak badan akibat jetlag dari penerbangan antarbenua. Dia harus terbang ke Los Angeles lewat Korea. Lalu langsung berlatih.
Malam itu, sebelum tampil, Putri salat magrib bersama ayah dan ibunyi. Lalu meninggalkan hotel jalan kaki. Lokasi America's Got Talent persis di sebelah hotel tempatnyi tinggal selama 10 hari di Pasadena
Saya menghubungi ayah Putri di waktu yang tidak tepat: pukul 14.00 waktu Belitong. Berarti pukul 00.00 waktu Pasadena. Saya tidak mau ajak sang ayah ngobrol. Cukuplah bagi saya bahwa nomor itu benar, nomor telepon sang ayah. Keesokan harinya saya hubungi lagi dari Medan. Sulit. Besoknya lagi saya hubungi dari Aceh. Berhasil. Rupanya, ketika sulit saya hubungi dari Medan itu keluarga ini sedang dalam penerbangan panjang: pulang ke Indonesia.