Lalu, apa penyebabnya? Menurut para ilmuwan, fenomena hujan katak dapat dijelaskan secara ilmiah.
Biasanya, kejadian ini disebabkan oleh angin puting beliung atau waterspout yaitu tornado yang terbentuk di atas permukaan air, seperti danau atau sungai.
Saat angin berputar dengan kecepatan tinggi, hewan-hewan kecil seperti katak, ikan, atau serangga dapat terhisap bersama air dan terbawa hingga ke langit.
Ketika kekuatan angin mulai melemah, hewan-hewan tersebut kemudian jatuh kembali ke tanah bersamaan dengan turunnya hujan.
Jadi, meski terlihat seperti hal mistis atau tanda kutukan seperti yang disebut dalam beberapa kitab kuno, fenomena ini sebenarnya murni proses alam yang langka dan ekstrem.
Apakah Bisa Terjadi di Indonesia?
Pertanyaan besar pun muncul apakah di Indonesia fenomena serupa bisa terjadi? Secara teori, bisa saja.
Indonesia mrupkan negara tropis dengan cuaca yang sangat dinamis. Beberapa wilayah seperti Sulawesi, Kalimantan, atau Sumatera sering mengalami angin puting beliung dan badai lokal yang cukup kuat.
Jika angin semacam itu terjadi di dekat badan air seperti rawa, danau, atau sungai yang banyak dihuni katak, secara ilmiah ada kemungkinan hewan-hewan itu ikut terangkat ke atmosfer.
Namun, peluangnya sangat kecil karena kekuatan angin di Indonesia jarang mencapai level ekstrem seperti tornado di Amerika atau waterspout besar di perairan Brazil.
Selain itu, faktor lingkungan di Indonesia yang lembap dan vegetatif juga membuat fenomena ini sulit terekam dengan jelas. Jadi, meskipun tidak mustahil, kemungkinan hujan katak di Indonesia sangat jarang terjadi.
BACA JUGA:Pendaftaran Pelatihan Public Speaking RBTV Ditutup 4 Hari Lagi, Buruan Daftar di Link Ini
Sheila Silvina