Kerusakan di otak, baik akibat radang, cedera, maupun tumor, juga dapat memicu cegukan kronis.
Pada pasien tertentu, cegukan menghilang setelah lesi di batang otak dioperasi.
Selain itu, kondisi langka seperti neuromyelitis optica, yang memengaruhi saraf tulang balakang dan mata, turut tercatat sebagai salah satu penyebab cegukan yang menetap.
3. Kanker dan Prosedur Pengobatannya
Banyak pasien kanker melaporkan keluhan cegukan setelah menjalani kemoterapi atau menggunakan obat pereda nyeri opioid, seperti morfin.
Sel kanker yang menekan diafragma dapat merangsang terjadinya cegukan.
Reaksi obat dan prosedur medis yang dijalani pasien juga berperan dalam memperparah keluhan ini.
BACA JUGA:Apakah Peserta Mitra Statistik BPS 2026 Bisa Meminta Jadwal Ulang Tes Kompetensi?
4. Gangguan Lambung dan Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan juga berperan besar dalam memicu cegukan. Pasien GERD, tukak lambung, radang usus, hingha tumor pada perut dan usus punya risiko lebih tinggi mengalami cegukan yang tidak kunjung sembuh.
Tekanan berlebih pada diafragma atau saraf vagus akibat proses pencernaan yang terganggu dapat membuat cegukan terus berulang.
5. Efek Anestesi atau Tindakan Operasi
Setelah operasi, beberapa orang mengalami cegukan selama berjam-jam bahkan berhari-hari.
Prosedur seperti kolektomi, serta penggunaan obat bius, menjadi salah satu faktor pemicu.
Meski begitu, para ahli belum sepenuhnya sepakat apakah yang lebih berpengaruh adalah proses operasinya atau obat anestesinya.
Cara Mengatasi Cegukan yang Tak Mau Reda
Untuk cegukan ringan, teknik sederhana seperti minum air hangat, mengatur napas, atau menahan napas sebentar bisa membantu.
Namun, jika cegukan muncul terus-menerus, langkah utama adalah menangani penyebabnya.
Dokter bisa meresepkan obat seperti baclofen, gabapentin, chlorpromazine, atau metoclopramide.