SELUMA, RBTV.DISWAY.ID - Petani cabai di Kabupaten Seluma mulai merasakan pedasnya harga cabai di penghujung akhir tahun 2025.
Pasalnya, akibat dampak adanya bencana banjir yang terjadi di daerah yang biasa memasok cabai seperti Sumatera Barat, justru membawa angin segar bagi para petani cabai yang ada di Kabupaten Seluma.
BACA JUGA:Konflik Agraria di Batik Nau Bengkulu Utara, Suasana Sempat Tegang
Hal ini diungkapkan Maryono (41), salah seorang petani cabai, asal Kelurahan Sembayat Kecamatan Seluma Timur, saat mengawasi proses panen ke delapan kali sejak tanam pada Jumat pagi (28/11).
Mantan komisioner KPU Kabupaten Seluma ini, sejak kembali menggeluti bidang pertanian sesuai pendidikan yang ditimbanya saat di bangku kuliah, mulai menekuni tanaman cabai merah keriting.
Menurutnya, harga cabai keriting saat ini sudah tembus Rp75 ribu per kilogramnya di tingkat pengepul, sehingga diprediksinya akan kembali mencapai Rp100 ribu perkilogramnya di pasaran mendekati akhir tahun ini.
BACA JUGA:Main Game Nyantai Modal Tap-tap Doang Bisa Hasilkan Rp 100 Ribuan, Cair Melalui Saldo DANA
Hal ini disebabkan karena pasokan cabai dari daerah luar, seperti dari Sumatera Barat yang biasa masuk pasaran di Provinsi Bengkulu terhambat karena dampak banjir bandang.
"Untuk saat ini harga cabai sudah tembus di harga Rp75 ribu/Kg ditingkat pengepul, bisa jadi bisa mencapai Rp100 ribu/kg di pasaran di penghujung akhir tahun ini, Alhamdulillah sekali panen bisa mencapai 1,5 ton, kalau dalam seminggu 2 kali panen," ujar Maryono.
BACA JUGA:Dapat Telepon dari DC Shopee, Apa yang Harus Dilakukan Debitur Galbay?
Melambungnya harga cabai saat ini, menjadi berkah tersendiri bagi kalangan ibu-ibu rumah tangga yang diberdayakan Maryono, untuk membantu memetik hasil panen cabainya di lahan seluas 1 hektare yang dikelolanya.
Biasanya cabai keriting yang telah dipanennya, akan dijemput pengepul untuk dijual kembali ke pasar yang ada di Kota Bengkulu.
"Kalau biasanya hasil panen cabai ini diambil pengepul untuk dijual kembali ke pasar yang ada di Kota Bengkulu," pungkasnya.
BACA JUGA:Konflik Agraria di Batik Nau Bengkulu Utara, Suasana Sempat Tegang
(Hari Adiyono)