“Aku tidak setuju. Kita harus seiring seirama dalam berbuat apa pun," kata Pendeta.
BACA JUGA:Abu Nawas Mengguncang Dunia, Menteri Berjalan Merangkak
“Betul aku pun tidak setuju karena waktu makanku besok pagi. Besok pagi aku baru akan berbuka," kata Ahli Yoga.
“Bukankah aku yang engkau jadikan alat pencari derma. Dan derma itu sekarang telah kutukar dengan makanan ini. Sekarang kalian tidak mengizinkan aku mengambil bagian sendiri. Itu tidak masuk akal," protes Abu Nawas mulai merasa jengkel.
Namun begitu Pendeta dan Ahli Yoga tetap bersikeras tidak mengizinkan Abu Nawas mengambil bagian yang menjadi haknya. Abu Nawas penasaran.
la mencoba sekali lagi meyakinkan kawan-kawannya agar mengizinkan ia memakan bagiannya. Tetapi mereka tetap saja menolak.
Abu Nawas benar-benar merasa jengkel dan marah. Namun Abu Nawas tidak memperlihatkan sedikit pun kejengkelan dan kemarahannya.
“Bagaimana kalau kita mengadakan perjanjian," kata Pendeta kepada Abu Nawas.
"Perjanjian apa?" tanya Abu Nawas.
“Kita adakan lomba. Barangsiapa di antara kita bermimpi paling indah maka ia akan mendapat bagian yang terbanyak yang kedua lebih sedikit dan yang terburuk akan mendapat paling sedikit," Pendeta itu menjelaskan.
Abu Nawas setuju. la tidak memberi komentar apa-apa. Malam semakin larut. Embun mulai turun ke bumi. Pendeta dan Ahli Yoga mengantuk dan tidur.
BACA JUGA:Tips Menghadapi Bos Pelit Ala Abu Nawas
Abu Nawas tidak bisa tidur. la hanya berpura-pura tidur. Setelah merasa yakin kawan-kawannya sudah terlelap Abu Nawas menghampiri makanan itu.
Tanpa berpikir dua kali Abu Nawas memakan habis makanan itu hingga tidak tersisa sedikit pun.
Setelah merasa kekenyangan Abu Nawas baru bisa tidur. Keesokan hari mereka bangun hampir bersamaan. Ahli Yoga dengan wajah berseri-seri bercerita.
“Tadi malam aku bermimpi memasuki sebuah taman yang mirip sekali dengan Mrvana. Aku merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya dalam hidup ini."