Tradisi Tiwah Masyarakat Dayak, Jenazah yang Sudah Dikubur akan Digali Kembali

Minggu 25-06-2023,11:17 WIB
Reporter : Tim liputan
Editor : Purnama Sakti

 

Semakin lama durasi upacara, semakin meriah, maka status sosial seseorang pun biasanya semakin tinggi. 

BACA JUGA:Sabdo Palon dan Naya Genggong serta Ramalan Munculnya Agama Budi

 

Jika keluarganya memiliki cukup uang, Tiwah bisa dilakukan secara mandiri dan langsung setelah ada yang meninggal dunia. Namun, bagi yang kurang mampu, bisa menyelenggarakan Tiwah bersama-sama dengan beberapa keluarga atau warga satu desa. 

 

Upacara Tiwah dimulai dengan membentuk bangunan mirip rumah yang disebut Balai Pangun Jandau. Syarat utama yang harus dipenuhi adalah menyembelih seekor babi. 

 

Keesokan harinya, dilakukan proses membuat sangkaraya sandung rahung, bangunan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan tulang belulang. Dalam prosesi ini, darah babi diambil sebagai syarat. 

 

Dilakukan esok harinya, hewan kurban seperti sapi atau kerbau diikat di sangkaraya, dan akan ada tiga orang yang melakukan mangajan atau tarian sakral, diiringi dengan tabuhan alat musik yang meriah. 

BACA JUGA:Menyelam Mencari Ikan, Warga Bioa Sengok Ditemukan Meninggal Dunia

 

Usai mangajan, beras merah dan kuning dilempar ke langit, hewan disembelih, dan darahnya dikumpulkan dalam wadah bernama sangku. 

 

Nantinya, darah ini akan digunakan untuk memalas atau menyaki orang dan peralatan yang digunakan selama Tiwah dengan tujuan mensucikan. 

Tags :
Kategori :

Terkait