Alkisah, ketika Bahar kecil mondok di pesantren Syaikhona Kholil, beliau bermimpi tidur dengan istri Syaikhona Kholil. Pagi harinya Syaikhona Kholil keluar dengan membawa pedang sambil marah-marah pada santrinya.
“Kurang ajar! Siapa tadi malam yang tidur dengan istri saya? Ayo mengaku! Siapa yang tadi malam tidur dengan istri saya?!,” kata Syaikhona Kholil kepada para santrinya.
Semua santri ketakutan dan tidak ada yang berani menjawab, karena mereka merasa tidak melakukannya. Lalu Syaikhona Kholil menyuruh mereka berjalan dua-dua di depan beliau.
Para santri pun keluar secara bergandengan. Namun, santri yang terakhir tidak ada gandengannya. Syaikhona Kholil yang mengetahui hal itu heran dan berkata. “Ini mana gandengannya?”
BACA JUGA:Istimewa karena Dijelaskan Dalam Al Quran, Berikut 12 Khasiat Daun Bidara
“Tidak ada Kiai,” jawab santri yang tanpa pasangan tersebut dengan gemetar.
“Mungkin yang bersembunyi itu yang tidur dengan istri saya! Ayo cari, cari,” perintah beliau.
Segera semua santri yang waktu itu berjumlah 20 orang mencari Bahar kecil yang bersembunyi di biliknya (kamar) karena merasa bersalah dengan mimpi yang dialaminya.
Akhirnya Bahar kecil ditemukan dan dibawa ke hadapan Syaikhona Kholil. Dengan berterus terang, Bahar kecil menceritakan apa yang dialaminya itu, “Ya, memang saya yang melakukannya Kiai, tapi cuma mimpi!”
Setelah mendengarkan penuturan santrinya itu, Syaikhona Kholil menghukumnya dengan disuruh menebang pohon-pohon bambu di belakang rumah beliau dengan pedang tumpul yang sejak tadi dalam genggaman beliau.
"Sekarang kamu saya tindak. Rumpun bambu yang ada di belakang rumah saya itu tebang semua sampai bersih! Jangan sampai ada sisanya, meskipun selembar daun!” perintah beliau.
BACA JUGA:7 Tanaman Ini Disebutkan dalam Al Quran, Salah Satunya Berkhasiat Mengusir Jin dan Setan
Setelah selesai dari tugasnya, Bahar kecil pergi menghadap Syaikhona Kholil, untuk melaporkan hasil pekerjaannya. Syaikhona Kholil yang melihatnya menghadap bertanya dengan nada tinggi, “Sudah?!”
Bahar kecil menjawab singkat, “Iya, sudah,” sambil menyerahkan kembali pedang yang dibawanya tadi.
Setelah itu, Syaikhona Kholil mengajaknya ke dalam suatu ruangan yang di dalamnya tersedia beberapa talam penuh nasi, lengkap dengan lauk-pauknya, yang konon cukup untuk makan 40 orang. Ternyata Syaikhona Kholil menyuruhnya menghabiskan semuanya.
“Sekarang, makan ini sampai habis! Jangan sampai tidak dihabiskan. Kalau tidak dihabiskan, saya tebas kamu!” perintahnya dengan nada mengancam.