Saat itu salah satu partner Djajadi di PT Wicaksana, Pandi Kusuma justru memilih menjadi partner Salim. Namun, ada juga rumor bahwa Salim "memaksa" Djajadi untuk menyerahkan sahamnya, misalnya dengan menghentikan suplai terigu ke pabrik PT Sanmaru.
Selain itu, pada 1993 Salim memutuskan tidak lagi memakai perusahaan Djajadi, PT Wicaksana sebagai distributor, melainkan kini memakai anak usahanya bernama Indomarco Adi Prima.
Walaupun demikian, pihak Salim membantah rumor bahwa Djajadi dan Salim memliki hubungan yang tidak baik dan rumor-rumor negatif tersebut.
Setelah tahun 1992, Djajadi sudah tidak lagi memiliki saham di pabrik Indomie setelah melepas saham miliknya yang tersisa ke Salim. Pada 1994, PT Indofood Interna dan PT Sanmaru digabung dalam perusahaan baru: PT Indofood Sukses Makmur Tbk (kemudian sejak 2009, produksinya dialihkan ke anak usahanya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk).
Selanjutnya tanggal 17 Desember 1998, Djajadi menggugat Indofood ke pengadilan, karena ia merasa telah dipaksa menjual sahamnya dan mereknya di PT Indofood Interna dengan harga rendah.
BACA JUGA:Warna Urine Menandakan Kondisi Kesehatanmu, Berikut 8 Warna Urine dan Artinya Bagi Kesehatan
Djajadi juga menuduh Salim telah memanipulasi kepemilikan saham agar sahamnya semakin mengecil. Menuntut ganti rugi Rp 620 miliar, Djajadi kalah sampai banding di Mahkamah Agung.
Kalah dari Salim, Djajadi lebih memilih untuk melanjutkan bisnis pabrik mi instan baru yang sudah dirintisnya sejak Mei 1993, di bawah PT Jakarana Tama yang memproduksi mi Gaga dan dulu pernah mengedarkan produk bermerek Michiyo.
PT Jakarana Tama berdiri pada 20 Juni 1980 sebagai perusahaan distribusi regional di Medan, Sumatera Utara. Perusahaan ini memproduksi sejumlah produk, seperti mi instan, makanan kalengan, sosis siap makan, hingga bumbu penyedap.
Produk mi instan buatan PT Jakarana Tama kemudian diberi nama dengan Mie Gaga. Perusahaan di bawah pimpinan Djajadi ini juga memiliki beberapa merek lain seperti, 100, 1000, Mie Gepeng, Mie Telor A1, Otak-otak, dan Sosis Loncat.
Pada situs Gaga Food, Djajadi menyebut ketertarikannya pada industri makanan karena pengalaman hidupnya saat kecil. "Saya berasal dari latar belakang keluarga yang sangat miskin. Saya ingat, makanan yang biasa saya makan adalah bubur dengan garam dan sesekali telur rebus. Itu sudah menjadi kemewahan bagi keluarga saya," kata Djajadi.
BACA JUGA:Belum Punya Sertifikat Halal? Begini Cara dan Biaya Mendapatkan Sertifikat Halal
Dari pengalaman itu, ia bermimpi menghasilkan makanan pokok yang terjangkau dengan nutrisi tepat dan rasa enak. Perusahaan lalu menghadirkan makanan harian terjangkau melalui berbagai produk, termasuk mi instan.
“Saya percaya kelezatan ajaib di setiap produk kami," ujarnya. Setelah kisah Mie Gaga dan Indomie viral, PT Jakarana Tama enggan memberi tanggapan terkait pemberitaan soal komisarisnya, Djajadi Djaja.
“Djajadi Djaja dan PT Jakarana Tama tidak akan memberi tanggapan apapun sehubungan dengan berita yang tersebar," kata Djajadi.
BACA JUGA:Lahan Dipakai untuk Tiang Listrik, Kita Bisa Ajukan Kompensasi Ganti Rugi