5. Peningkatan penyakit paru dan saluran napas. Ini berhubungan dengan terjadinya polusi udara.
6. Penyakit akibat cuaca panas (heat stress). Akibat cuaca panas, seseorang bisa mengalami dehidrasi sehingga menyebabkan tubuh seperti melayang, pusing, dan suhu tubuh panas sekali.
7. Psikososial dan kejiwaan.
8. Peningkatan penyakit tular vektor (vector borne diseases). Sebab, perubahan pola hidup vektor seperti nyamuk demam berdarah, tikus, dan lain-lain dengan segala dampaknya.
9. Berupa kecederaan dan bahkan kematian akibat cuaca ekstrem dan bencana yang terjadi.
BACA JUGA:Rugi jika Hari Jumat Berlalu Begitu saja, Ini 9 Amalan di Hari Jumat
10. Terjadinya bencana alam yang dapat mengakibatkan orang mengungsi dengan berbagai akibatnya.
Sementara Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan, adanya ancaman gagal panen pada lahan pertanian tadah hujan imbas fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif yang mengakibatkan kekeringan. Situasi ini berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional.
BACA JUGA:Ingin Pengajuan KUR Cepat Disetujui? Ini Tipsnya, Nomor 5 Paling Penting
“Pemerintah daerah perlu melakukan aksi mitigasi dan aksi kesiapsiagaan segera. Lahan pertanian berisiko mengalami puso alias gagal panen akibat kekurangan pasokan air saat fase pertumbuhan tanaman," ungkap Dwikorita di Jakarta, belum lama ini.
"Di sektor perikanan, perubahan suhu laut dan pola arus selama El Nino dan IOD positif yang mendingin, biasanya justru berpotensi meningkatkan tangkapan ikan. Peluang dari kondisi ini harus dimanfaatkan karena dapat mendukung ketahanan pangan nasional," tambah dia.
BACA JUGA:Ingin Pengajuan KUR Cepat Disetujui? Ini Tipsnya, Nomor 5 Paling Penting
Dwikorita menyebut, fenomena El Nino dan IOD Positif saling menguatkan sehingga membuat musim kemarau tahun ini dapat menjadi lebih kering dan curah hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah. Jika biasanya curah hujan berkisar 20 mm per hari, kata dia, pada musim kemarau ini angka tersebut menjadi sebulan sekali, atau bahkan tidak ada hujan sama sekali.
Puncak kemarau kering ini, tambah Dwikorita, diprediksi akan terjadi pada Agustus hingga awal September dengan kondisi akan jauh lebih kering dibandingkan 2020, 2021, dan 2022.
BACA JUGA:Kajian Ustadz Adi Hidayat, Seperti Ini Dialog Nabi Muhammad dan Jibril Tentang Hari Kiamat
Hemat Air