NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Pemerintah China kembali membuat gempar dunia. Sayangnya kali ini bukan karena menciptakan teknologi baru, melainkan pemerintahan China telah menyinggung hal yang paling fundamental bagi umat Islam.
Apa itu? Pemerintah China berencana mengubah Al Quran. Mereka berencana menerbitkan Al Quran dalam versi Tiongkok dengan menggabungkan nilai-nilai Konghucu.
Para pejabat pemerintah dan akademisi yang tergabung dalam Institut Pusat Sosialisme China, bagian dari Kelompok Kerja Front Persatuan Partai Komunis, ingin membuat Al Quran dengan terjemahan baru dan memuat nilai Konfusianisme alias Konghucu.
Rencana ini disampaikan saat mereka berkumpul di Urumqi, ibu kota Xinjiang, akhir Juli lalu. Ironisnya lagi, upaya ini sudah dirancang sejak tahun 2018 lalu.
BACA JUGA:BLT Sembako 2024 Berlanjut, 18,8 Juta KPM Masuk ke Daftar Penerima BLT, Cek di Sini
Mereka menargetkan wilayah Xinjiang bagian barat daya China yang mayoritas dihuni Muslim terutama etnis Uighur.
Sejumlah pengamat menilai Partai Komunis China ingin memperkuat pengaruh dan nilai-nilai Tiongkok atas Islam di Negeri Tirai Bambu. Menurut mereka, China tidak ingin fitur-fitur asing lebih dominan di negara tersebut. Selain Al Quran, China juga 'Modifikasi' Ajaran Protestan-Buddha.
Menurut dosen Studi China di Universitas Manchester, David Stroup, pemerintahan Xi Jinping ingin memperketat kontrol atas kelompok-kelompok Islam dan mengambil langkah untuk menghapus fitur yang terlalu asing dari tempat-tempat umum.
"Ini bisa diartikan sebagai upaya berkelanjutan untuk menghapus tanda-tanda publik dalam bahasa Arab atau membuat perubahan pada masjid bergaya Arab," kata Stroup.
"Pada saat yang sama, pemerintah dapat mencoba untuk menegaskan kontrol yang lebih langsung atas praktik-praktik iman, terutama khotbah mingguan para ulama," lanjut dia.
Pernyataan sama juga disampaikan Profesor sejarah di Frostburg State University, Haiyun Ma. Dia mengatakan upaya sinifikasi ini tak ubahnya dengan xenofobia. Sinifikasi adalah upaya mengubah non budaya China mengikuti kebudayaan China.
Ma percaya dengan menekankan gagasan untuk menghilangkan pengaruh asing, Partai Komunis ingin menciptakan versi Islam-China yang dipandu oleh ateisme.
"Beijing menganggap pengaruh Arab berbahaya dan percaya itu harus benar-benar dihilangkan dari kehidupan Muslim China," kata Ma.
"Mereka juga ingin memutus hubungan Muslim China dari negara-negara Muslim lainnya. Dengan kata lain, China berusaha mengisolasi komunitas Muslimnya sambil mengklaim bahwa mereka merangkul globalisasi," lanjut Ma.