Cerita Tragis G30S PKI, Sang Adik Letjen S Parman Dibunuh PKI dan Sang Kakak Sakirman Ditembak Militer

Kamis 28-09-2023,19:37 WIB
Reporter : Tim liputan

Ketika Sakirman masih sekolah, PKI memberontak melawan Belanda pada 1926. “Ketika umur 15 tahun, Sakirman mengalami dan sangat terpengaruh oleh pemberontakan” catat buku menurut Hasil Rakjat Memilih Tokoh-tokoh Parlemen: Hasil Pemilihan Umum Pertama, 1955 di Republik Indonesia (1956). 

Karenanya, setelah Indonesia merdeka, Sakirman akhirnya bergelut di partai bergambar palu-arit itu. Bahkan, ia menjadi anggota Politbiro sampai PKI tumbang. Setelah Jepang kalah dan Indonesia merdeka, Sakirman tidak ikut Belanda. 

Dia berdiri di belakang Republik Indonesia, menjadi pemimpin dari laskar rakyat dari Jawa Tengah. Dia juga menjadi anggota Komite Nasional Indonesia (KNI). 

BACA JUGA:Promo Belanja Alfamart Serba Gratis 2 Hari Lagi, Ada Cashback Gunakan Gopay, OVO dan Kartu Aladin

Ketika Amir Sjarifoeddin menjabat menteri pertahanan, Sakirman termasuk orang yang memimpin TNI Masyarakat lalu Biro Perjuangan. Di badan itu, ada juga Jenderal Mayor Soesalit, anak Kartini. Menurut Harsya Bachtiar dalam Siapa Dia Perwira Tinggi TNI-AD (1989), Sakirman diberi pangkat jenderal mayor.

Ketika kabinet Amir jatuh, dia ikut tersingkir dari pemerintahan. Sakirman juga terseret dalam petualangan Amir Sjarifoeddin di Front Demokrasi Rakyat (FDR) dan Peristiwa Madiun 1948. 

Tak hanya kena pecat, Sakirman juga ditahan. Menurut catatan Sutrisno, adiknya yang kala itu masih berpangkat mayor, Siswondo Parman, juga ikut kena tahan di rumah penjara Wirogunan. 

Setelah peristiwa itu berlalu, beberapa tokoh PKI seperti Aidit, Lukman, dan Sudisman berusaha membangun lagi PKI yang hancur, hingga akhirnya bisa ikut Pemilu 1955. 

BACA JUGA:Promo Kredit Bank Mandiri Sampai Rp 1,5 Miliar Khusus PNS dan Pekerja Swasta, Tanpa Agunan

Pada Pemilu inilah Sakirman berhasil masuk ke parlemen. Sepuluh tahun kemudian, pertarungan kepentingan antara PKI dan Angkatan Darat memanas. Tentu hal ini tidak menguntungkan bagi Sakirman. 

Pada 1960an, adiknya Siswondo Parman sudah menjadi jenderal intel kepercayaan Jenderal Ahmad Yani. Karena itulah, Parman dan Sakirman menjadi relasi unik pada pusaran tragedi 1965. 

Adiknya merupakan jenderal Angkatan Darat yang menjadi tangan kanan jenderal anti-komunis, sementara abangnya adalah petinggi PKI yang bermusuhan dengan Angkatan Darat. 

“Ir. Sakirman, orangnya pendek bulat […] mulanya ia sedikit curiga, tapi begitu menyadari saya benar-benar tertarik akan politiknya semasa muda, ia menghangat dan banyak cerita,” tulis Ben Anderson dalam Hidup di Luar Tempurung (2016), yang sejak sebelum 1965 sudah melakukan penelitian lapangan di Indonesia.

BACA JUGA:Ikut Program Kartu Prakerja Dapat Rp 600 Ribu, Siapa saja Boleh Ikut? ASN Bisa Tidak?

John Roosa dalam Dalih Pembunuhan Massal (2008) mencatat: “Adanya Sakirman di dalam politibiro akan merupakan kendala bagi Aidit untuk mendiskusikan rencana G30S secara rinci […] Salah satu sasaran penting G30S ialah adik Sakirman, Jenderal Parman, Kepala Intelijen Angkatan Darat.” 

Orang-orang PKI seolah sudah mencium gelagat bahwa partainya sudah tersusupi. Di sisi lain, Parman mengaku kepada seorang perwira militer Amerika Serikat bahwa ia sudah menyusupi tubuh PKI. Parman juga mengaku, "dapat mengetahui setiap keputusan yang diambil dalam sidang-sidang terpenting mereka dalam hitungan jam.” 

Kategori :