Setelah G30S, Parman adik Sakirman diketahui terbunuh dalam penculikan yang dipimpin Letnan Kolonel Untung. Mayatnya diketemukan di Lubang Buaya. Setelah 5 Oktober 1965, hari pemakaman adiknya, Sakirman termasuk ke dalam daftar sasaran penangkapan.
BACA JUGA:Dana Insentif Kartu Prakerja Sudah Cair, Begini Cara Mencairkan via Bank atau E-Wallet
Untuk kedua kalinya, lebih parah ketimbang pasca-1948, dia harus menyembunyikan diri. Sakirman akhirnya ditangkap waktu bersembunyi di rumah seorang fotografer Cina di Solo pada bulan Oktober yang lalu dan ditembak oleh militer waktu mencoba melarikan diri,” catat Rosihan Anwar dalam Indonesia, 1966-1983:
Sang Adik S Parman
Siswondo Parman atau yang akrab disapa S. Parman, merupakan seorang tokoh militer Indonesia yang telah berjuang untuk negaranya hingga titik darah penghabisan. Namun, nasib tragis menimpanya ketika ia menjadi korban dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S) yang terkenal sebagai salah satu peristiwa paling kelam dalam sejarah Indonesia.
S. Parman bukanlah sosok yang asing di dunia militer Indonesia. Ia memiliki karier yang cemerlang di Angkatan Darat, dan pernah menjadi Kepala Staf Gubernur pada Markas Besar Angkatan Darat. Namun, di balik prestasinya yang gemilang, S. Parman juga memiliki latar belakang keluarga yang cukup menarik.
BACA JUGA:Dana Desa Diselewengkan? Ini 4 Cara Melaporkannya ke Jaksa, Polisi dan Inspektorat
Kakaknya, Sukirman, adalah seorang petinggi Partai Komunis Indonesia (PKI), yang pernah terlibat dalam pemberontakan PKI di Madiun pada September 1948 dan ditahan. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa S. Parman mengetahui rencana penculikan para jenderal pada peristiwa G30S melalui kakaknya yang terafiliasi dengan PKI.
Namun, S. Parman justru menolak ideologi komunis yang diusung oleh kakaknya. Ia memilih untuk mengabdi di militer dan berjuang untuk negaranya, meskipun ia juga memiliki latar belakang keluarga yang terafiliasi dengan PKI.
Pada tahun 1962, pengaruh PKI semakin meluas, dan PKI mengusulkan pembentukan Angkatan Kelima dari buruh dan tani yang dipersenjatai. Namun, S. Parman menolak ide ini dan masuk dalam daftar nama pejabat Angkatan Darat yang akan dilenyapkan pada aksi G30S. Hal ini menunjukkan bahwa S. Parman merupakan sosok yang konsisten dengan keyakinannya dan teguh pada prinsip-prinsipnya.
S. Parman merupakan sosok yang pantang menyerah dan selalu berjuang untuk negaranya. Ia pernah berperan dalam penumpasan pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), dan berhasil naik pangkat menjadi Letnan Kolonel. Namun, nasib tragis menimpanya ketika ia menjadi korban dalam peristiwa G30S yang mengguncang Indonesia.
BACA JUGA:Ini Masjid Pertama Umat Islam, Pembangunannya Dibantu Malaikat Jibril
Meskipun telah tiada, S. Parman tetap diingat sebagai seorang patriot yang teguh pada prinsip-prinsipnya dan selalu berjuang untuk negaranya hingga titik darah penghabisan. Kita patut menghormati dan mengenang jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kebebasan Indonesia.
S. Parman juga dianggap sebagai sosok yang berani dan tegas dalam mengambil keputusan. Hal ini terbukti dari penolakannya terhadap ideologi komunis yang diusung oleh kakaknya. Meskipun keluarganya terafiliasi dengan PKI, S. Parman tetap berjuang untuk negaranya dan menolak untuk terlibat dalam ideologi komunis yang bertentangan dengan keyakinannya.
Kariernya di militer juga menunjukkan bahwa S. Parman merupakan sosok yang kompeten dan berdedikasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Ia naik pangkat dari Kepala Staf Gubernur hingga Letnan Kolonel, dan menjadi salah satu pejabat Angkatan Darat yang dihormati. Selain itu, S. Parman juga terlibat dalam penumpasan pemberontakan APRA, yang menunjukkan keberaniannya dalam menghadapi tantangan dan mengambil tindakan tegas untuk menjaga keamanan negara.
BACA JUGA:Wimran Asbanda Vs Beni BJB, Siapa Terkuat Calon Dirut Bank Bengkulu, 2 Sudah Tersingkir